Friday, December 30, 2011
Dokter dan Harimau (Ingat Budi Baik Orang Lain)
Dahulu kala, di sebuah lembah gunung besar di China, ada seorang dokter tua yang sangat ahli dalam mengobati orang sakit. Tidak peduli seseorang menderita penyakit apa, asal datang ke dokter tua ini dan meminum obat ramuannya, maka beberapa hari kemudian pasti akan sembuh. Orang dari berbagai penjuru negeri datang untuk berobat padanya dan disembuhkan. Karena itu, orang-orang sangat menghormatinya.
Suatu hari dokter tua itu pergi untuk mengobati orang-orang sakit dari rumah ke rumah. Ketika matahari terbenam barulah ia pulang. Sewaktu tiba di depan rumahnya, ia melihat ada barang hitam besar di depan pintunya. Waktu itu hari sudah gelap sehingga barang hitam itu tidak terlihat jelas. Pelan-pelan ia mendekati barang itu. Dokter tua itu kemudian terkejut karena ternyata barang hitam itu adalah seekor harimau besar.
Karena kaget dan takut, dokter tua itu segera balik badan dan ambil langkah seribu. Namun malang baginya, harimau itu dengan cepat bisa menangkap jubahnya dan ia tidak bisa berlari lagi. Dalam hati ia berpikir, “Tamatlah riwayatku, hari ini aku jadi santapan harimau besar yang tampak lapar ini!”
Namun anehnya, harimau itu tidak menerkan dan menggigit dokter tua itu, melainkan menggoyang-goyangkan ekornya mirip seekor anjing yang bertemu tuannya. Harimau itu juga menggoyangkan kepala dan badannya seolah ingin berkata kepada dokter, tetapi ia tidak bisa bicara. Jika ada auman harimau dari dalam hutan, harimau itu pun terlihat agak takut.
Setelah tenang, dokter tua itu berkata, “Harimau, kamu pasti tidak datang untuk mengobati penyakitmu, kan?” Seperti mengerti, harimau menggelengkan kepalanya. Harimau, memberikan isyarat dan dokter tua itu mengerti bahwa ia harus mengikuti harimau itu ke dalam hutan di sebuah gunung. Sesampai di sarangnya, tampak ada harimau betina yang kesulitan melahirkan. Dokter itu mengamati dengan saksama dan akhirnya mengerti. Ia berkata kepada harimau itu, “Aku mengerti, kamu mau melahirkan anak, ya. Ayo aku akan menolongmu!” Dengan sigap dokter itu memberikan obat kepada harimau betina itu.
Setelah itu ia mulai mengurut perut harimau betina itu. Tidak lama berselang lahirlah dua ekor anak harimau. Setelah istirahat sebentar dokter itu pun memberi isyarat kepada harimau bahwa ia akan pulang. Harimau mencegahnya dan membawakan sebuah kipas. Dokter itu tersenyum dan berkata, “Tidak perlu, saya biasa menolong orang yang sakit dan saya tidak mau menerima hadiah.” Harimau itu mengaum keras dua kali seakan-akan berkata bahwa dokter itu harus menerima pemberiannya. Dokter itu mengerti maksud si harimau dan pulang dengan membawa kipas.
Beberapa hari kemudian udara sangat panas, tetapi ia harus berjalan ke kota. Karena itu, ia menggunakan kipas pemberian si harimau untuk mengusir udara panas. Namun, setiba di pintu gerbang kota, beberapa orang menangkap dan mengikatnya. Ia bertanya, “Apa yang terjadi, apa salah saya?” Ternyata orang-orang itu baru saja membunuh dan merampas harta seseorang. Dan kipas itu sebenarnya adalah kipas milik orang tersebut yang hilang di jalan.
Dokter itu mengerti kini bahwa kipas itu hilang kemudian diambil oleh harimau dan diberikan kepada dirinya. Orang itu berkata kepada dokter itu, “Saya baru saja membunuh orang dan merampas barang orang.” Maksudnya, dia orang yang jahat dan kuat, kenapa berani-beraninya dokter tua itu mengambil kipas miliknya. Baru saja orang tersebut menggertak dokter itu, tiba-tiba datanglah harimau besar menyerang orang-orang itu. Orang-orang itu tidak punya kekuatan yang cukup untuk melawan harimau besar tersebut. Mereka akhirnya lari tunggang-langgang. Harimau itu pun mendekati dokter itu, melepaskan ikatannya, dan mengantarkannya pulang dengan selamat.
Moral Cerita :
Harimau yang seharusnya bisa membahayakan manusia pun bisa membalas budi baik orang yang pernah menolongnya. Manusia yang nilai dan budayanya jauh lebih tinggi dari harimau seharusnya tahu membalas budi baik orang lain dan tahu bagaimana seharusnya berterima kasih kepada orang yang telah menolongnya saat dalam kesulitan.
Labels:
Dhamma,
Mahayana,
wise stories
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Popular Posts
-
Janganlah berbuat jahat Tanamlah sebanyak-banyaknya kebajikan Sucikan hati dan pikiran Itulah ajaran para Buddha Membunuh dan kar...
-
Pada suatu hari saat Sang Buddha berdiam di Anatapindika Jetavana Arama, pada waktu itu Ananda bertanya : Mengapa nasib /akibat Karma se...
-
Semasa hidup Sang Buddha, kota Savatthi merupakan ibukota kerajaan Kosala yang diperintah oleh Raja Pasenadi Kosala. Beliau, putra Maha ...
-
Sally baru berumur delapan tahun ketika dia mendengar mama dan papa berbicara tentang adik kecilnya, Georgi. Georgi sakit keras dan mereka...
-
Pada suatu hari di sebuah kota kecil di Taiwan, seorang supir taksi yang sedang dalam perjalanan pulang ketika dia mendengar suara menakutka...
-
FYI, trenggiling adalah binatang pemakan serangga, terutama semut dan rayap. Seorang pejabat Tiongkok beserta beberapa kolega, ketika...
-
Lanjut lagi jalan-jalan ke Belitung - Day 3 Dari hari pertama liatnya pantai dan laut, sekarang mari kita jelahahi pesona lain di Pulau B...
-
Sebuah Renungan Motivasi Sumber foto : http://wishesmessages.com/thank-you-messages-for-dad-thank-you-notes-for-father/ Pada detik-de...
-
Saya ingin berbagi cerita pendek yang menurut saya sungguh menyentil sanubari kita, terutama untuk orang Indonesia. Cerita ini saya dap...
-
Alkisah, di suatu daerah terpencil hiduplah seorang ibu & anak gadisnya yang tunggal. Ibu ini sangat bersyukur karena mempunyai an...
No comments:
Post a Comment
please leave your comment...^^