Friday, January 13, 2012
Rumah Berjendela Emas
lkisah, tersebutlah seorang gadis cilik yang hidup di sebuah gubuk kecil yang sangat sederhana di atas sebuah bukit. Di masa pertumbuhannya, si gadis cilik sering bermain di pekarangan kecil berbatas pagar. Dari atas bukit, ia bisa melihat lembah yang indah dan sebuah rumah megah di bukit lainnya. Rumah megah dengan jendela emas itu tampak berkilau indah dan si gadis cilik ini membayangkan, betapa senangnya tinggal di rumah berjendela emas dan indah ketimbangan rumahnya yang teramat sangat sederhana.
Kendati pun menyayangi kedua orangtuanya, si gadis cilik ini sangat ingin tinggal di rumah emah idamannya. Dari hari ke hari, ia terus membayangkan tinggal di rumah tersebut.
Ketika umurnya cukup besar dan badannya cukup kuat, si gadis yang kini sudah pandai bersepeda, minta izin kepada ibunya. Ia ingin jalan-jalan di luar pekarangan rumah. Sesudah merengek panjang, ibunya akhirnya mengizinkan, dengan pesan, tak boleh pergi terlalu jauh dari rumah. Si gadis cilik itu sangat senang dan segera mengayuh sepedanya ke arah bukit tempat berdirinya rumah berjendela emas. Keinginan yang besar untuk tiba di rumah megah itu membuatnya mengayun sepeda tanpa kenal lelah. Tanpa terasa, dia sudah sampai di bukit tersebut.
Ia terus fokus pada jalan menuju rumah tersebut dan pada rumah itu, ketika sampai di pagar rumah, si gadis sangat kecewa. Jendela rumah itu ternyata bukan jendela emas, tapi jendela biasa dan kotor. Kondisi rumah tersebut ternyata sangat buruk dan tampak sudah lama terlantar.
Si gadis cilik sedih dan kecewa. Ia tak ingin masuk ke dalam rumah tersebut dan memutar balik sepeda. Ketika memandang ke kejauhan, ia melihat lembah dan bukit di seberang sana. Ia terkesima melihat sebuah rumah kecil dengan jendela keemasan ditimpa sunar surya. Si gadis cilik itu sadar, rumah kecil itu adalah rumahnya. Ia ingin segera kembali ke rumahnya, bertemu dengan kedua orangtuanya, dan merasakan kasih sayang mereka. Semua impiannya ada di dalam rumah kecilnya.
Moral Cerita :
Sebuah rumah menjadi berarti, menjadi ‘home’, bukan sekadar ‘house’ karena di dalamnya ada kasih sayang dan cinta.
Bayangan sering kali lebih indah dari kenyataan yang sebenarnya.
Labels:
Dhamma,
Mahayana,
wise stories
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Popular Posts
-
Janganlah berbuat jahat Tanamlah sebanyak-banyaknya kebajikan Sucikan hati dan pikiran Itulah ajaran para Buddha Membunuh dan kar...
-
Pada suatu hari saat Sang Buddha berdiam di Anatapindika Jetavana Arama, pada waktu itu Ananda bertanya : Mengapa nasib /akibat Karma se...
-
Semasa hidup Sang Buddha, kota Savatthi merupakan ibukota kerajaan Kosala yang diperintah oleh Raja Pasenadi Kosala. Beliau, putra Maha ...
-
Sally baru berumur delapan tahun ketika dia mendengar mama dan papa berbicara tentang adik kecilnya, Georgi. Georgi sakit keras dan mereka...
-
Pada suatu hari di sebuah kota kecil di Taiwan, seorang supir taksi yang sedang dalam perjalanan pulang ketika dia mendengar suara menakutka...
-
FYI, trenggiling adalah binatang pemakan serangga, terutama semut dan rayap. Seorang pejabat Tiongkok beserta beberapa kolega, ketika...
-
Lanjut lagi jalan-jalan ke Belitung - Day 3 Dari hari pertama liatnya pantai dan laut, sekarang mari kita jelahahi pesona lain di Pulau B...
-
Sebuah Renungan Motivasi Sumber foto : http://wishesmessages.com/thank-you-messages-for-dad-thank-you-notes-for-father/ Pada detik-de...
-
Saya ingin berbagi cerita pendek yang menurut saya sungguh menyentil sanubari kita, terutama untuk orang Indonesia. Cerita ini saya dap...
-
Alkisah, di suatu daerah terpencil hiduplah seorang ibu & anak gadisnya yang tunggal. Ibu ini sangat bersyukur karena mempunyai an...
No comments:
Post a Comment
please leave your comment...^^