Saturday, November 10, 2012
CINTA YANG TAK TERSAMPAIKAN
Segalanya berawal ketika
saya masih berumur 6 tahun. Ketika
saya sedang bermain di halaman rumah saya di California, saya bertemu seorang
anak laki-laki. Dia seperti anak laki-laki lainnya yang menggoda saya dan
kemudian saya mengejarnya dan memukulnya. Setelah pertemuan pertama dimana saya
memukulnya, kami selalu bertemu dan saling memukul satu sama lain di batas
pagar itu. Tapi itu tidaklah lama. Kami selalu bertemu di pagar itu dan kami
selalu bersama. Saya menceritakan semua rahasia saya.
Dia sangat pendiam.
Dia hanya mendengarkan apa yang saya katakan. Saya menganggap dia menyenangkan
untuk diajak bicara dan saya dapat berbicara kepadanya tentang apa saja. Di sekolah, kami
memiliki teman-teman yang berbeda tapi ketika kami pulang ke rumah, kami
selalu berbicara tentang apa yang terjadi di sekolah.
Suatu hari,saya
bercerita kepadanya tentang anak laki-laki yang saya sukai tetapi telah
menyakiti hati saya. Dia menghibur saya dan mengatakan segalanya akan baik-baik saja. Dia memberikan
kata-kata yang menghibur, mendukung dan membantu saya untuk melupakan kesedihanku.
Saya sangat bahagia
dan menganggapnya sebagai teman sejati. Tetapi saya tahu bahwa sesungguhnya ada
yang lainnya dari dirinya yang saya suka. Saya memikirkannya malam itu dan memutuskan kalau
itu adalah rasa persahabatan. Selama SMA dan semasa kelulusan, kami selalu
bersama dan tentu saja saya berpikir bahwa ini adalah persahabatan. Tetapi jauh
di lubuk hati, saya tahu bahwa ada sesuatu yang lain.
Pada malam
kelulusan, meskipun kami memiliki pasangan sendiri-sendiri, sesungguhnya saya
menginginkan bahwa sayalah yang menjadi pasangannya.
Malam itu, setelah
semua orang pulang, saya pergi ke rumahnya untuk mengatakannya.
Malam itu adalah
kesempatan terbesar yang saya miliki tapi saya hanya duduk di sana dan
memandangi bintang bersamanya dan bercakap-cakap tentang cita-cita kami. Saya
melihat ke matanya dan mendengarkan ia bercerita tentang impiannya. Bagaimana
dia ingin menikah dan sebagainya. Dia bercerita bagaimana dia ingin menjadi
orang kaya dan sukses. Yang dapat saya lakukan hanya menceritakan impian saya
dan duduk dekat dengan dia.
Saya pulang ke
rumah dengan terluka karena saya tidak mengatakan perasaan saya yang
sebenarnya. Saya sangat ingin mengatakan bahwa saya sangat mencintainya tapi
saya takut. Saya membiarkan perasaan itu pergi dan berkata kepada diri saya sendiri
bahwa suatu hari saya akan mengatakan kepadanya mengenai perasaan saya.
Selama di
universitas, saya ingin mengatakan kepadanya tetapi dia selalu bersama-sama
dengan seseorang. Setelah lulus, dia mendapatkan pekerjaan di New York. Saya sangat
gembira untuknya, tapi pada saat yang sama saya sangat bersedih menyaksikan
kepergiannya. Saya sedih karena saya menyadari ia pergi untuk pekerjaan
besarnya. Jadi, saya menyimpan perasaan saya untuk diri saya sendiri dan melihatnya
pergi dengan pesawat. Saya menangis ketika saya memeluknya karena saya merasa seperti ini
adalah saat terakhir.
Saya pulang ke
rumah malam itu dan menangis. Saya merasa terluka karena saya tidak mengatakan
apa yang ada di hati saya.
Saya memperoleh
pekerjaan sebagai sekretaris dan akhirnya menjadi seorang analis komputer. Saya sangat
bangga dengan prestasi saya.
Suatu hari saya
menerima undangan pernikahan. Undangan itu darinya. Saya bahagia dan sedih pada
saat yang bersamaan. Sekarang saya tahu kalau saya tak akan pernah bersamanya dan kami hanya
bisa menjadi teman. Saya pergi ke pesta pernikahan itu bulan berikutnya. Itu
adalah sebuah peristiwa besar.
Saya bertemu dengan
pengantin wanita dan tentu saja juga dengannya. Sekali lagi saya merasa
jatuh cinta. Tapi saya bertahan agar tidak mengacaukan apa yang seharusnya
menjadi hari paling bahagia bagi mereka. Saya mencoba bersenang-senang pada malam itu, tapi
sangat menyakitkan melihat dia begitu bahagia dan saya mencoba untuk tersenyum menutupi air
mata kesedihan yang ada di hati saya.
Saya meninggalkan
New York merasa bahwa saya telah melakukan hal yang tepat. Sebelum saya berangkat, tiba-tiba dia muncul dan
mengucapkan salam perpisahan dan mengatakan betapa ia sangat bahagia bertemu
dengan saya. Saya pulang ke rumah dan mencoba melupakan semua yang terjadi di New
York.
Kehidupan saya
harus terus berjalan.
Tahun-tahun
berlalu. Kami
saling menulis surat dan bercerita mengenai segala hal yang terjadi dan
bagaimana dia rindu untuk berbicara dengan saya.
Pada suatu ketika,
dia tak pernah lagi membalas surat saya. Saya sangat kuatir mengapa dia tidak
membalas surat saya meskipun saya telah menulis 6 surat kepadanya.
Ketika semuanya
seolah tiada harapan, tiba-tiba saya menerima sebuah catatan kecil yang
mengatakan : "Temui saya di pagar di mana kita biasa bercakap-cakap."
Saya pergi ke sana
dan melihatnya di sana. Saya sangat bahagia melihatnya tetapi dia sedang patah
hati dan bersedih. Kami berpelukan sampai kami kesulitan untuk bernafas.
Kemudian ia
menceritakan kepada saya tentang perceraian dan mengapa dia tidak pernah
menulis surat kepada saya. Dia menangis sampai dia tak dapat menangis lagi.
Akhirnya kami kembali ke rumah dan bercerita serta tertawa tentang apa yang telah saya lakukan untuk mengisi waktu. Akan
tetapi, saya tetap tidak dapat mengatakan kepadanya bagaimana perasaan saya
yang sesungguhnya kepadanya.
Hari-hari
berikutnya,
dia gembira dan melupakan semua masalah dan perceraiannya. Saya jatuh cinta
lagi kepadanya. Ketika tiba saatnya dia kembali ke New York, saya menemuinya
dan menangis. Saya benci melihatnya harus pergi. Dia berjanji untuk menemui
saya setiap kali dia mendapat libur.
Saya tak dapat
menunggu saat dia datang agar saya dapat bersamanya
karena kami
selalu bergembira ketika sedang bersama.
Suatu hari dia tidak
muncul sebagaimana yang telah dijanjikan. Saya berpikir bahwa mungkin dia
sibuk. Hari berganti bulan dan saya melupakannya.
Suatu hari saya
mendapat sebuah telepon dari New York. Pengacara mengatakan bahwa ia telah
meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil saat perjalanan ke bandara. Hati saya patah. Saya sangat terkejut akan
kejadian ini. Sekarang saya tahu mengapa ia tidak muncul hari itu. Saya
menangis semalaman.
Air mata kesedihan
dan kepedihan. Bertanya-tanya mengapa hal ini bisa terjadi terhadap seseorang
yang begitu baik seperti dia?
Saya mengumpulkan
barang-barang saya dan pergi ke New York untuk pembacaan surat wasiatnya. Tentu
saja semuanya diberikan kepada keluarganya dan mantan istrinya. Akhirnya saya
dapat bertemu dengan mantan istrinya lagi setelah terakhir kali saya bertemu
pada pesta pernikahan. Dia menceritakan bagaimana mantan suaminya. Tapi mantan suaminya selalu
tampak tidak bahagia.
Apapun yang dia
kerjakan tidak bisa membuat suaminya bahagia seperti saat pesta pernikahan
mereka. Ketika surat wasiat dibacakan, satu-satunya yang diberikan kepada saya
adalah sebuah diary.
Itu adalah diary kehidupannya. Saya menangis karena
itu diberikan kepada saya. Saya tak dapat berpikir. Mengapa ini diberikan
kepada saya?
Saya mengambilnya
dan terbang kembali ke California. Ketika saya di pesawat, saya teringat saat-saat
indah yang kami miliki bersama. Saya mulai membaca diary itu. Diary dimulai
ketika hari pertama kami berjumpa. Saya terus membaca sampai saya mulai
menangis. Diary itu bercerita bahwa dia
jatuh cinta kepada saya di hari ketika saya patah hati.
Tapi dia takut
untuk mengatakannya kepada saya.
Itulah sebabnya
mengapa dia begitu diam dan mendengarkan segala perkataan saya. Diary itu menceritakan bagaimana dia
ingin mengatakannya kepada saya berkali-kali, tetapi takut. Diary itu bercerita ketika dia ke New
York dan jatuh cinta dengan yang lain. Bagaimana dia begitu bahagia ketika
bertemu dan berdansa dengan saya di hari pernikahannya. Dia berkata bahwa ia
membayangkan bahwa itu adalah pernikahan kami.
Bagaimana dia
selalu tidak bahagia sampai akhirnya harus menceraikan istrinya. Saat-saat
terindah dalam kehidupannya adalah ketika membaca huruf demi huruf yang saya
tulis kepadanya. Akhirnya diary itu berakhir
dengan tulisan, "Hari ini saya akan mengatakan kepadanya kalau saya
mencintainya…"
Itu adalah hari
dimana dia terbunuh. Hari dimana pada akhirnya saya akan mengetahui apa yang
sesungguhnya ada dalam hatinya.
Jika engkau
mencintai seseorang, mungkin orang
tuamu, saudaramu, temanmu, atau siapa pun dia "JANGAN
TUNGGU HARI ESOK UNTUK MENGATAKAN KEPADANYA". Karena
hari esok itu... mungkin takkan pernah ada….
Sumber : Chocolatos (dengan perubahan)
Labels:
LOVE STORIES,
wise stories
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Popular Posts
-
Janganlah berbuat jahat Tanamlah sebanyak-banyaknya kebajikan Sucikan hati dan pikiran Itulah ajaran para Buddha Membunuh dan kar...
-
Pada suatu hari saat Sang Buddha berdiam di Anatapindika Jetavana Arama, pada waktu itu Ananda bertanya : Mengapa nasib /akibat Karma se...
-
Semasa hidup Sang Buddha, kota Savatthi merupakan ibukota kerajaan Kosala yang diperintah oleh Raja Pasenadi Kosala. Beliau, putra Maha ...
-
Sally baru berumur delapan tahun ketika dia mendengar mama dan papa berbicara tentang adik kecilnya, Georgi. Georgi sakit keras dan mereka...
-
Pada suatu hari di sebuah kota kecil di Taiwan, seorang supir taksi yang sedang dalam perjalanan pulang ketika dia mendengar suara menakutka...
-
FYI, trenggiling adalah binatang pemakan serangga, terutama semut dan rayap. Seorang pejabat Tiongkok beserta beberapa kolega, ketika...
-
Lanjut lagi jalan-jalan ke Belitung - Day 3 Dari hari pertama liatnya pantai dan laut, sekarang mari kita jelahahi pesona lain di Pulau B...
-
Sebuah Renungan Motivasi Sumber foto : http://wishesmessages.com/thank-you-messages-for-dad-thank-you-notes-for-father/ Pada detik-de...
-
Saya ingin berbagi cerita pendek yang menurut saya sungguh menyentil sanubari kita, terutama untuk orang Indonesia. Cerita ini saya dap...
-
Alkisah, di suatu daerah terpencil hiduplah seorang ibu & anak gadisnya yang tunggal. Ibu ini sangat bersyukur karena mempunyai an...
No comments:
Post a Comment
please leave your comment...^^