Pages

Monday, October 19, 2015

Amitabha Buddha / 阿弥陀佛



Kita mengenal adanya Amitabha Buddha / 阿弥陀佛 berdasarkan sabda Sakyamuni Buddha yang tercatat dalam kitab suci, antara lain: Amitayurdhyana Sutra, Maha Sukhavativyuha Sutra, Sukhavativyuha Sutra, dan sutra-sutra lainnya. Sutra ini merupakan sutra pokok bagi agama Buddha Mahayana aliran Sukhavati / Ching tu / Vimalaloka / Tanah Suci. Amitabha Buddha dikenal juga dengan nama Amita Buddha, Amida Butsu (Jepang) Amitohud / Amituofo (China) atau Amitayus Buddha (sansekerta) yang artinya terdiri dari tiga suku kata:

A         : tidak

Mita    : ukuran

Abha  : cahaya atau ayus : kehidupan

Jadi Amitabha artinya cahaya yang tak terukur/ cahaya tanpa batas, (berkaitan dengan konsep ruang) sedangkan Amitayus artinya kehidupan tanpa batas (berkaitan dengan konsep waktu). Amitabha mengandung falsafah Beliau yang telah mengatasi ruang dan waktu, lambang cinta kasih, berkah karunia dan kebijaksanaan yang tak terbatas.

Di dalam Maha Sukhavativyuha Sutra dikatakan bahwa sebelum menjadi Buddha Amitabha, dulunya Beliau adalah seorang bhiksu bernama Bhiksu Dharmakara, yang hidup dijaman Buddha Lokesvararaja, Beliau telah mengikrarkan 48 prasetya agung/ janji suci tentang negeri Buddha-Nya yang akan terwujud apabila Beliau mencapai pencerahan sempurna (Anuttara Samyaksambodhi).

Dari sabda Sakyamuni Buddha kita mengetahui bahwa Bhiksu Dharmakara telah mencapai pencerahan sempurna, dikenal sebagai Amitabha Buddha/ Amituofo dan surganya bernama Sukhavati (kebahagiaan yang luhur) atau Tanah Suci (Pure Land, Ching Tu, Vimalaloka) yang letaknya di sebelah barat dari dunia saha.

Di dalam vihara aliran Sukhavati, banyak dijumpai gambar atau rupang Amitabha Buddha yang diapit oleh Boddhisattva Avalokitesvara (sisi kiri) dan Boddhisattva Mahastamaprapta (sisi kanan). Kadang dilukiskan bersama dengan 25 Boddhisattva Mahasattva pengikutnya.

Untuk menghormati dan mengikat jodoh dengan Amitabha Buddha, sesuai dengan prasetyanya yang ke 18 s/d 20, maka dianjurkan kepada semua makhluk untuk membaca berulang-ulang Namo Amituofo dengan gembira dan penuh rasa sujud serta pikiran, perasaan dan perbuatan terkonsentrasi dalam alunan pujian Namo Amituofo.

Janganlah Anda berpikir bahwa melakukan pengucapan Namo Amituofo adalah suatu hal yang mudah, hanya apabila rintangan karma buruk kita tidak terlalu besar, barulah itu mudah kita ucapkan. Mereka yang memiliki rintangan karma buruk berat, tak akan dapat mengucapkannya walaupun mereka ingin melakukannya. Contoh : Devadatta, ia hanya mampu mengucapkan “Namo” saja, rintangannya karma buruknya besar sehingga tak mampu mengucapkan kata “Buddha”.

Di dalam Amitabha Sutra/ 佛說阿彌陀經, Hyang Buddha bersabda kepada Sariputra :

舍利弗。若有善男子。善女人。 聞說阿彌陀佛。執持名號。 若一日。 若二日。 若三日。 若四日。 若五日。 若六日。 若七日。 一心不亂。 其人臨命終時。 阿彌陀佛。 與諸聖眾 現在其前。 是人終時。 心不顛倒。 即得往生阿彌陀佛極樂國土。

shè lì fú。 ruò yǒu shàn nán zǐ。 shàn nǚ rén。 wén shuō āmítuófó。 zhí chí míng hào。 ruò yī rì。 ruò èr rì。 ruò sān rì。 ruò sì rì。 ruò wǔ rì。 ruò liù rì。 ruò qī rì。 yī xīn bù luàn。 qí rén lín mìng zhōng shí。āmítuófó。 yǔ zhū shèng zhòng xiàn zài qí qián。 shì rén zhōng shí。 xīn bù diān dǎo。 jí dé wǎng shēng āmítuófó jí lè guó tǔ。

"Sariputra, jika terdapat pria atau wanita berbudi luhur, mendengar nama Buddha Amitabha, lalu merenungkan dan melafalkan nama-Nya dalam batin selama satu hari, dua hari, tiga hari, empat hari, lima hari, enam hari, tujuh hari. Dengan hati yang tidak bimbang, pada saat menjelang akhir hidupnya, Buddha Amitabha beserta para Boddhisattva Mahasattva akan muncul di hadapannya. Pada saat meninggal dunia, hatinya tidak kacau dapat terlahir di Alam Sukhavati Negeri Buddha Amitabha." 

Mari kita bersama-sama mengikat sebab dan jodoh untuk terlahir Sukhavati, dengan sering mengulang pujian “Namo Amituofo”. 

Artikel sebagian di ambil dari buku perjalanan kematian yang disusun oleh: YM. Maha Bhiksu Dutavira Sthavira.


Dibagikan oleh : Nava Catvarimsa Virya (四十九振) dalam Mahayana TS.

Digubah oleh : Krystella.

Monday, May 18, 2015

Patriarch ke-6 Ven. Hui Neng (第六祖惠能大師)

Master Hui Neng adalah seorang dari daerah Xin Zhou (嶺南新州人) karena itu sering disebut sebagai orang barbar (suku yang direndahkan). Pada malam saat menjelang kelahirannya tiba-tiba di rumah kedatangan dua orang bhiksu yang tidak dikenal. Ternyata memang dari kecil Hui Neng sudah mempunyai jodoh dengan Buddha. Mereka datang dengan maksud memberikan nama kepada anak dari tuan rumah yang akan lahir. Nama pemberian dua orang bhiksu tersebut adalah Hui Neng (上惠下能), yang berarti akan menyebarkan dharma untuk kebahagiaan semua makhluk dan mampu melaksanakan pengembangan Buddha Dharma. Namun sayang sang ayah meninggal dunia saat dia kecil. Akhirnya beliau yang bekerja sebagai pemotong kayu di hutan untuk kemudian dijual demi membahagiakan ibundanya.

Suatu hari sesudah Master Hui Neng menjual kayu seperti biasanya, tiba-tiba di tengah perjalanan pulang beliau mendengar seorang yang sedang membaca Sutra Intan  (Jīn gāng jīng/ 金刚经) :“應無所住,而生其心……” (seharusnya tidak ada sesuatu yang dilekati, karena muncul dari perasaan saja >>> jangan pernah terpaku pada objek apapun karena segala baik, buruk, suka dan tidak suka hanya dari dalam perasaan saja).

Seketika beliau tercerahkan. Ternyata orang yang membacakan Sutra Intan tersebut pernah belajar di Dong Chan Monastery (東禪寺), tempat Master Zen ke-5 Ven.Hong Ren memberikan bimbingan Dharma kepada umat Buddha. Maka Hui Neng memutuskan akan mencari Master Hong Ren untuk belajar Dharma darinya. Setelah mendapatkan persetujuan dari ibundanya beliau segera melakukan perjalanan. Setelah melakukan perjalanan selama 30 hari beliau akhirnya sampai di Dong Chan Monastery (蘄州黃梅縣東禪寺), segera menghadap Master Hong Ren.

“ Siapa kamu, apa tujuanmu datang kesini?”
“Murid adalah seorang dari Xin Zhou, datang menghadap guru untuk belajar menjadi Buddha.”
“Berarti kamu adalah seorang barbar, bagaimana bisa menjadi Buddha?”
“Manusia memang ada perbedaan utara dan selatan, namun apakah benih ke-Buddha-an juga ada perbedaan?”

Master Hong Ren melihat kebijaksanaan Hui Neng memang sangat tinggi. Untuk menghindari agar tidak timbul orang yang iri kepadanya maka beliau menugaskannya di dapur untuk mengerjakan pekerjaan dapur, memotong kayu dan menggiling padi. Sampai pada suatu hari Master Hong Ren mengumpulkan para muridnya untuk memberikan tugas kepada mereka. Bagi semua murid wajib membuat sebuah gatha (puisi) yang akan membuktikan bahwa mereka telah mencapai pencerahan. Bagi yang memang sudah mencapai pencerahan maka dari gatha tersebut akan tampak bahwa orang yang membuat telah mampu melihat dasar dari ajaran gurunya. Yang kemudian sang guru akan mewariskan jubah dan patra Zen kepadanya yang berarti juga menjadi leluhur Zen ke-6. Diantara begitu banyak muridnya hanya Master Shen Xiu (神秀大師) yang mempunyai kebijaksanaan menonjol, dan diunggulkan akan menjadi penerus jubah dan patra Zen. Maka semua murid tidak ada satupun yang mau membuat gatha. Karena tahu hanya dia yang pasti membuat gatha, maka untuk menghindari agar orang lain tidak menganggapnya mendapatkan jubah dan patra Zen secara tidak semestinya Master Shen Xiu menulis gatha dari buah pemikirannya di dinding selatan vihara tempat dimana sang guru, Master Hong Ren pasti akan melewatinya di pagi hari.
Gatha tersebut adalah :

身是菩提樹    Shēn shì pútí shù
心如明鏡臺    Xīn rú míngjìng tái
時時勤拂拭    Shíshí qín fúshì
莫使惹塵埃    Mò shǐ rě chén'āi

"Tubuh adalah pohon bodhi,
hati laksana cermin yang berbingkai,
setiap saat rajin membersihkannya,
jangan biarkan debu  menempel."

Master Hong Ren menganggap gatha tersebut tidak mencerminkan Shen Xiu telah mencapai pencerahan, (mungkin karena beliau menganggap itu hanyalah pelatihan diri menjaga kemurnian sila dan pelatihan diri. Sedangkan Zen mengajarkan kita untuk bereksplorasi terhadap diri 明心見性 dengan hati yang terang maka akan melihat Buddha dalam diri kita. Dengan demikian maka seseorang baru bisa mencapai pencerahan) melainkan hanya sampai pada pintu gerbang pelatihan diri.
Kemudian pada hari berikutnya saat mendengar seorang sedaang melafalkan gatha tersebut Hui Neng segera memintanya untuk mengantarkannya ketempat gatha tersebut ditulis.

Meskipun bukan seorang cendekiawan bahkan huruf saja tidak mengerti namun Master Hui Neng mengetahui dengan jelas bahwa sang pembuat gatha belum mencapai pencerahan. Maka beliau segera memohon seseorang untuk membantunya menulis gatha :

菩提本無樹    Pútí běn wú shù
明鏡亦非臺    Míngjìng yì fēi tái
本來無一物    Běnlái wú yī wù
何處惹塵埃    Hé chù rě chén'āi

“Bodhi (pencerahan) sebenarnya tidak berpohon,
cermin yang bening juga tidak berbingkai,
karena pada awalnya memang tidak ada apapun,
bagaimana bisa terkotori oleh debu?”

Gatha tersebut memperlihatkan sebuah sifat asli dari sebuah kekosongan, sifat kebodhian pada awalnya bukan bersih bukan pula tidak bersih, namun hanya karena adanya proses perubahan maka kebodhian tersebut menjadi tidak tampak karena adanya kekotoran duniawi. Namun jika kita tetap bereksplorasi diri dan terus melihat ke dasar diri kita maka sebenarnya kebodhian ada di dalamnya. Maka meskipun kotor tetap ada yang bersih, bagi orang yang berusaha membersikan hati dan melihat sifat asli 明心見性.
Melihat gatha tersebut Master Hong Ren sempat kaget, namun demi menjaga agar tidak ada yang iri pada Hui Neng maka dia segera menghapus gatha tersebut dan mengatakan orang yang menulisnya belum mencapai pencerahan. Kemudian secara diam-diam Master Hong Ren menjenguk Hui Neng di tempat kerjanya, kemudian mengetuk tongkat di tanah sebanyak 3 kali yang berarti meminta Hui Neng datang menemuinya paa pukul 3 pagi.

Pada malam itu pula Hui Neng datang menepati janji. Master Hong Ren membabarkan Sutra Intan / Jin Gang Jing kepadanya dan mewariskan jubah dan patra Zen kapadanya, maka Ven. Hui Neng  yang kemudian menjadi patriarch ke-6 Zen. Setelah itu sang guru mengantarkannya menyeberang sungai dan menuju ke selatan. Keesokan harinya mendengar jubah dan patra sudah diwariskan kepada Hui Neng maka para murid segera mengejarnya. Hanya salah seorang dari mereka yang menemukan Hui Neng, namun dia tidak mampu mengangkat jubah dan patra tersebut untuk dibawa pulang . Dia sadar Hui Neng yang berhak atas jubah dan patra tersebut.

Hui Neng terus berjalan, sampai pada suatu hari beliau menginjakkan kaki di Guang Zhou Fa Xing monastery. Pada saat itu Ven. Yin Zong (印宗法師) sedang berceramah tentang Parinirvana Sutra (涅槃經). Tiba-tiba dua orang bhiksu berdebat saat melihat bendera. Apakah panji-panji (bendera) yang bergerak ataukah angin yang bergerak. Hui Neng berkata :

“Bukan angin yang bergerak, bukan pula bendera yang bergerak, namun pikiran Andalah yang sedang bergerak.”

Mendengar kata-kata tersebut Ven. Yin Zong segera mengundangnya untuk berbicara, dan setelah Ven.Yin Zong mengetahui bahwa dia adalah Master Zen ke-6 kemudian memohonnya sebagai guru. Akhirnya meskipun Ven.Yin Zong yang mencukur rambut Ven. Hui Neng namun kemudian dia berbalik menjadikan Ven. Hui Neng sebagi gurunya. Dengan demikian ajaran Zen dibawah Master Hui Neng berkembang pesat menjadi 5 sekte (一花開五葉) seperti yang telah diramalkan Master Bodhidharma dalam gathanya :

“我本來此土,傳法度迷津。一花开五叶,结果自然成。”

Ternyata memang Zen yang dibawa oleh Master Bodhidharma dari India , pada masa Ven. Hui Neng berkembang pesat dan menjadi 5 sekte besar, setelah itu tidak ada lagi pewarisan jubah dan patra zen. Dengan sendirinya Zen mengalir deras sampai ke seluruh belahan dunia. Kini tubuh sarira dari Master ke-6 Zen Ven. Hui Neng masih utuh dan disimpan di Nan Hua monastery (廣東韶關南華禪寺)

Dari kisah ini kita tahu bahwa setiap manusia memiliki sifat ke-Buddha-an. Setiap manusia ingin terbebas dari penderitaan mencapai kebahagiaan. Sifat ke-Buddha-an tidak bisa dilihat dari fisiknya saja.  Meskipun berbeda kulit dan pakaian bahkan kebiasaan namun setiap manusia memiliki benih ke-Buddha-an seperti yang dikatakan oleh Hui Neng : "Meskipun ada laki-laki dari utara atau selatan, utara dan selatan tidak membuat perbedaan sifat ke-Buddha-an mereka. Seorang Barbar secara fisik memang berbeda, tetapi tidak untuk perbedaan sifat ke-Buddha-an.

Dari kisah ini kita bisa belajar dari Sutra Intan  (Jīn gāng jīng/ 金刚经) yang terdiri dari 32 bab. Dalam bab ke-8 dikatakan:

 依法出生分第八

“须 菩提!于意云何?若人满三千大千世界七宝以用布施,是人所得福德,宁为多不?

”须菩提言:“甚多,世尊!何以故?是福德即非福德性,是故如来说福德多。”

“若复有人,于此经中受持,乃至四句偈等,为他人说,其福胜彼。何以故?须菩提!一切诸佛,及诸佛阿耨多罗三藐三菩提法,皆从此经出。须菩提!所谓佛法 者,即非佛法。”

Yī fǎ chūs hēng fēn dì bā

“xū pú tí! Yú yì yún hé? Ruò rén mǎn sān qiān dà qiān shì jiè qī bǎo yǐ yòng bù shī, shì rén suǒ dé fú dé, níng wèi duō bù?”
Xū pú tí yán: “Shén duō, shì zūn! Hé yǐ gù? Shì fú dé jí fēi fú dé xìng, shì gù rú lái shuō fú dé duō.”
“Ruò fù yǒu rén, yú cǐ jīng zhōng shòu chí, nǎi zhì sì jù jì děng, wèi tā rén shuō, qí fú shèng bǐ. Héyǐ gù? Xū pú tí! Yī qiè zhū fú, jí zhū fú ā nòu duō luō sān miǎo sān pú tí fǎ, jiē cóng cǐ jīng chū. Xū pú tí! Suǒ wèi fó fǎ zhě, jí fēi fó fǎ.”

“Subhuti! Bagaimana pendapatmu, kalau seseorang memenuhi jutaan dunia dengan 7 macam permata mulia dan memberikannya sebagai dana-amal, apakah pahala dan kebajikan yang diperolehnya banyak?”
Subhuti menjawab: “Banyak sekali, Yang Dijunjungi! Mengapa begitu? Sebab pahala dan kebajikan itu bukanlah pahala dan kebajikan sejati sifatnya, oleh karenanya Tathagatha mengatakan pahala dan kebajikannya sangat banyak.”

“Dilain pihak, jika ada seorang lainnya menerima Sutra ini dan menjalankannya dengan tekun sekalipun hanya pada 4 bait gathanya saja atau mengajarkannya kepada orang lain, pahala dan kebajikannya akan melebihi orang yang terdahulu. Apakah sebabnya? Subhuti, semua Buddha dan jalan yang ditempuh untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi berasal dari Sutra ini. Subhuti, apa yang disebut sebagai Buddha Dharma itu pada hakekatnya bukanlan Buddha Dharma.”

Kita tahu Ven. Hui Neng mencapai pencerahan dengan belajar dari sutra Jīn gāng jīng dan dalam bab ke-8 juga dikatakan “Semua Buddha dan jalan yang ditempuh untuk mencapai Anuttara-samyak-sambodhi berasal dari Sutra ini." Betapa besar manfaat dari membacakan sutra ini, mari kita pelajari sutra ini.


Dibagikan oleh : Nava Catvarimsa Virya (四十九振) dalam Mahayana TS.
Digubah oleh : Krystella.

Popular Posts