Pages

Wednesday, March 28, 2012

Afanti yang Pintar (Talenta yang Bermanfaat bagi Orang Lain)

Di bagian barat laut China, tepatnya Provinsi Xin Jiang, ada seorang yang kepintarannya melegenda, namanya Afanti. Pada waktu itu Raja Xin Jiang sangat buruk perilakunya dan tidak peduli terhadap rakyat yang susah dan membutuhkan pertolongan. Rakyat daerah Xin Jiang marah, tetapi tidak berani membuka mulut untuk protes. Mereka jengkel, namun tidak memiliki keberanian untuk bertindak. Mereka takut karena jika Raja Xin Jiang tahu ada yang tidak sopan bahkan marah padanya, maka segera orang itu akan menerima hukuman rajam, mati dilempar batu.
Mengetahui tidak seorang pun yang berani memberi masukan kepada Raja, Afanti dengan menunggang keledai berbicara keliling negeri tentang keburukan Raja yang tidak peduli akan penderitaan dan kesusahan rakyat. Afanti sama sekali tidak takut walau sudah banyak orang yang mengingatkannya.
Suatu hari, terhadap usaha yang dilakukan Afanti, rakyat negeri Xin Jiang mulai banyak yang menaruh simpati dan memuji Afanti atas keberaniannya dan juga kepintarannya. Afanti terus melakukan misinya tanpa takut hingga akhirnya ia ditangkap oleh para serdadu kerajaan dan dibawa ke hadapan Raja.
Raja yang tidak peduli itu pun bertanya kepadanya, “Afanti, banyak orang  berkata bahwa kamu adalah orang terpintar di negeri ini. Hari ini saya mau mengajukan pertanyaan untuk menguji kepintaranmu. Jika kamu tidak bisa menjawab, kamu akan segera menerima hukuman mati karena kamu juga telah memberitakan kabar yang buruk tentang saya.”
Afanti dengan sigap menjawab, “Raja, sekarang silakan tutup mulut dahulu. Sekarang silakan Tuan Raja mengajukan pertanyaan kepada saya.”
Raja bertanya, “Ada berapa banyak bintang di langit?”
Afanti menjawab, “Semua bintang di langit banyaknya sama dengan jumlah bulu di jenggot Tuan Raja.”
Raja bertanya lagi, “Kalau begitu berapa banyak jenggot saya?”
Sambil memegang ekor keledainya Afanti menjawab, “Sama dengan bulu ekor keledai ini. Jika tidak percaya silakan Tuan Raja hitung sendiri.”
Rajua pun geram dan berkata, “Mana mungkin saya bisa menghitung bulu ekor keledai. Kamu benar-benar tidak sopan. Pengawal, tangkap dan ikat dia, dan segera tempatkan dia di tempat hukuman rajam!”
Afanti bukan hanya tidak takut, tetapi juga sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Raja membentak, “Mengapa kamu tertawa, sebentar lagi kamu pasti mati.”
Afanti sambil tertawa menjawab, “Tuan Raja, sesungguhnya saya sudah tahu bahwa hari ini saya menghadap Raja dan itu berarti hari kematian saya. Saya bukan hanya sudah tahu hari kematian saya, saya juga sudah tahu hari kematian Raja.”
Raja terkejut dengan jawaban Afanti. Dan, karena berita yang tersebar bahwa Afanti tahu banyak hal, pintar, serta penuh hikmat, maka Raja pun ingin tahu kapan hari kematiannya. Raja berkata, “Apakah kamu sungguh mengetahui hari kematian saya? Cepat katakan kapan saya akan menemui ajal!”
Dengan sangat tenang dan sambil tersenyum Afanti menjawab, “Hari kematian Tuanku Raja adalah sehari setelah hari kematian saya!”
Mendengar jawaban Afanti, Raja mulai berpikir serius dan tampak mulai ketakutan. Tiba-tiba, setelah berpikir dan merenungkan jawaban Afanti, Raja berteriak, "Cepat lepaskan Afanti tanpa banyak tanya! Hei, Afanti kamu sungguh jangan mati karena kalau kamu mati, maka keesokan harinya pasti saya mati. Saya harap kamu bisa hidup seribu tahun dan itu berarti saya akan hidup seribu tahun lebih satu hari. Afanti, saya akan menghadiahkan kepadamu harta kekayaan yang melimpah.”
Si Raja Xin Jiang pun memberikan kepada Afanti harta yang banyak sesuai yang diucapkannya.
Moral cerita :
Gunakanlah semua talenta dan kepintaran untuk juga menolong orang lain yang membutuhkannya. Jangan menggunakan semua kekuasaan dan kemampuan kita untuk menindas dan menyusahkan orang lain.

Saturday, March 24, 2012

10 Kepribadian Luar Biasa

      1.       Ketulusan
Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi.
      2.       Kerendahan hati
Kerendahan hati mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Orang yang rendah hati akan bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain.
      3.       Kesetiaan
Kesetiaan sudah menjadi barang langka dan sangat mahal harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan bisa diandalkan. Ia selalu menepati janji, punya komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.
      4.       Positive thinking
Orang yang bersikap positif selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun.
      5.       Keceriaan
Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Ia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.
      6.       Tanggung jawab
Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Jika ia melakukan kesalahan, ia berani mengakuinya.
      7.       Percaya diri
Memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain.
      8.       Kebesaran jiwa
Dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak akan membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan.
      9.       Easy going
Orang yang memiliki sifat ini menjalani hidupnya dengan ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah. Bahkan ia berusaha mengecilkan masalah besar.
      10.   Bijaksana
Bijaksana adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang bijaksana bukan saja bisa menjadi pendengar yang baik, tapi juga bisa menempatkan dirinya pada posisi orang lain.

Bagaimana teman-teman se-Dharma? Adakah kepribadian-kepribadian diatas terdapat dalam diri Anda dan orang-orang di sekitar Anda? Jika ada pertahankan, jika belum kembangkanlah.... Namo Omitofo.

Friday, March 23, 2012

I Love You I Love You I Love You

Menurut sahibul hikayat, tersebutlah seorang pemuda bernama Jun yang berteman dengan tetangganya, Jae sejak kanak-kanak. Ketika tumbuh besar, Jae jatuh cinta kepada Jun dan mengungkapkan cintanya. Segera sesudah itu mereka pacaran, tapi keduanya mencinta dengan cara yang beda.
Jae memberikan seluruh perhatiannya kepda Jun, sementara perhatian Jun terpecah-pecah karena punya banyak teman perempuan. Bagi Jae, Jun adalah satu-satunya orang yang dikasihinya. Jae ragu, Jun bersikap sama.
Suatu hari, Jae mengajak Jun nonton. Jun menolak. Jae kecewa.
“Kamu tak mau nonton karena harus belajar?” tanya Jae.
“Bukan. Saya harus bertemu teman,” sahut Jun.
Jun selalu seperti itu. Bertemu teman-teman perempuan di depan Jae sampai Jae merasa, Jun mungkin menganggapnya sebagai teman biasa. Sejak kenal Jun, kata cinta tak pernah keluar dari mulut Jun. Sebaliknya, Jae selalu mengucapkannya. Mereka tak pernah punya hari peringatan. Jun tak pernah mengatakan apa pun sejak hari pertama mereka bertemu dan terus sampai 100 hari 200 hari dan seterusnya. Setiap hari, sebelum berpisah, Jun memberikan sebuah boneka. Tak satu pun hari terlewatkan tanpa Jun memberikan boneka. Jae menerimanya dengan hati bertanya-tanya.
Suatu hari, saat keduanya bertemu, Jae berkata, “Um, Jun, saya...”
“Teruskan saja. Katakan apa yang ingin kamu katakan,” kata Jun.
“Saya mencintaimu,” kata Jae.
Sesudah terdiam sejenak, Jun berkata, “Ambil boneka ini dan pulanglah.”
Seperti itulah perlakuan Jun terhadap Jae. Mengucapkan 3 atau 4 kata, memberikan boneka, lalu lenyap seakan melarikan diri. Setiap hari Jae menerima boneka Jun, sampai kamarnya penuh dengan boneka.
Ketika Jae ulang tahun, pagi-pagi ia membayangkan pesta dengan Jun dan menunggu telepon dari Jun. Penantian Jae ternyata sia-sia. Sampai malam Jun tak kunjung telepon. Jae tidur dengan rasa kecewa.
Sekitar jam 2 pagi , Jae terbangun karena dering telepon. Jun meminta Jae keluar dari rumahnya. Jae senang, segera berlari ke luar dengan hati berbunga-bunga.
“Jun, saya...”
“Ini, bawa masuk,” kata Jun sambil memberikan sebuah boneka kecil.
“Kemarin saya lupa meberikannya. Jadi saya berikan sekarang. Sudah, ya, saya pulang,” katanya.
“Tunggu dulu. Kamu tahu tidak kemarin hari apa?” tanya Jae.
“Kemarin? Huh?” sahut Jun.
Jae sedih. Ia mengira Jun ingat ulang tahunnya. Jun berbalik dan pergi seperti tidak terjadi apa-apa.
“Jun, tunggu dulu!” kata Jae.
“Ada yang ingin kamu katakan?” tanya Jun.
“Katakan, katakan kamu mencintai saya,” kata Jae.
“Apa?” tanya Jun.
“Katakan pada saya.”
Jun membisu sejenak, lalu berkata, “Saya tak ingin dengan mudahnya mengatakan mencintai seseorang. Jika kamu sangat ingin mendengar ucapan itu, cari orang lain saja,” kata Jun, lalu segera pergi.
Jae terpaku. Kakinya gemetar dan Jae jatuh. Dia tak ingin mengucapkan kata-kata itu dengan mudahnya.
“Bagaimana mungkin... saya merasa... Mungkin dia bukan pria yang tepat untuk saya,” kata Jae di dalam hati.
Jae segera ke kamarnya dan menangis terus.
Sejak hari itu, Jun tidak menelepon Jae, kendati pun Jae menunggu. Tapi Jun mampir ke rumah Jae setiap hari, memberikan boneka kecil.
Sebulan berlalu. Jae memberanikan diri menemui Jun. Jae melihat Jun di tepi jalan, bersama seorang perempuan. Jun tampak tersenyum ceria, senyum yang tak pernah ditunjukkan kepada Jae. Dengan rasa sedih dan marah, Jae pulang ke rumah. Begitu sampai di kamar, Jae menangis. Boneka di kamarnya membuat Jae berpikir, jangan-jangan Jun juga meberikan boneka kepada perempuan lainnya. Jae marah dan mengobrak abrik tumpukan boneka. Tiba-tiba telepon berdering. Jun minta Jae ke halte bis di dekat rumahnya.
Jae mencoba menenangkan diri. Lalu jalan ke halte. Jae terus menguatkan hatinya, memutuskan hubungan dan akan melupakan Jun. Jun berjalan mendekati jae sambil bawa boneka besar.
“Saya kira kamu marah. Tapi ternyata kamu datang,” kata Jun.
Jae makin marah. Bagaimana mungkin Jun bertindak seakan tak terjadi apa-apa, dan dengan tenangnya menyodorkan boneka seperti biasa.
“Saya tak perlu boneka!”
“Apa....? Mengapa?”
Jae merebut boneka itu dari tangan Jun dan melemparkannya ke jalan.
“Saya tak perlu boneka ini. Saya sama sekali tak perlu boneka ini lagi. Saya tak mau melihat orang seperti kamu lagi!” kata Jae.
Jun tampak kaget. Wajahnya berubah, tidak seperti biasanya.
“Saya minta maaf,” kata Jun, lalu pergi ke jalan untuk mengambil bonekannya.
“Dasar bodoh! Buat apa ambil boneka itu lagi? Buang saja!” kata Jae.
Jun tidak peduli dan terus menuju ke tengah jalan untuk ambil bonekanya.
Di saat itu, sebuah mobil melaju cepat. Klakson berbunyi keras.
“Jun, ke pinggir! Cepat ke pinggir!” teriak Jae.
Napas Jae seakan berhenti ketika mobil tersebut menabrak Jun yang sedang memungut boneka.
Jun sempat dibawa ke rumah sakit, tapi nyawanya tak tertolong. Jae sedih dan menyesal.
“Seperti inilah dia pergi dari saya. Dia pergi tanpa membuka mata untuk mengucapkan sepatah kata pun kepada saya,” kata Jae dalam hati sambil menatap wajah Jun dan meratap.
Kesedihan Jae tak kunjung habis. Penyesalannya tak kunjung padam. Kalau saja dia tidak melempar boneka itu ke jalan, Jun pasti masih hidup. Jae ingat Jun terus dan sedih terus. Sampai suatu hari, Jae merasa harus mengakhiri semua ini. Bagaimana pun, hidup terus berjalan. Ia lalu mengumpulkan boneka peninggalan Jun sambil menghitungnya. Jumlahnya 485. Air mata Jae bercucuran. Lalu mendekap erat sebuah boneka. Dan tiba-tiba terdengar....I love you...I love you...
Jae kaget. Lalu mengambil boneka lainnya dan menekan perut boneka. Kembali terdengar I love you - I love you. Jae menekan semua boneka. Semuanya menyerukan I love you. Kata-kata itu muncul terus tanpa henti. Jae menekan boneka terakhir yang terkena noda darah Jun ketika ditabrak mobil, menekan perut boneka tersebut dan terdengar rekaman kata-kata.
“Jae, kamu tahu hari ini hari apa? Kita sudah saling mencinta selama 485 hari. Saya tak bisa mengucapkan I love you. Saya merasa sangat malu untuk mengucapkannya. Ambil boneka ini dan maafkan saya. Dan saya akan mengatakan I love you setiap hari, sampai saya mati. Jae, I love you.”
Air mata Jae tak terbendung. Ia menyesal, tidak menangkap semua ini semasa Jun masih hidup. Di balik rasa sedih, Jae merasa bahagia, Jun mencintainya sampai detik terakhir hidupnya.
Cinta Jun membuat Jae berani untuk jalan terus dalam hidup ini. Kepergian Jun yang begitu cepat dan mendadak menyadarkan Jae, lebih baik melepas ego untuk seseorang yang dicintai, daripada kehilangan orang yang dicintai demi ego yang sia-sia.

Saturday, March 10, 2012

Tidak Mampu tetapi Berhasil

Y.A Maha Bhiksu Dutavira Sthavira (Suhu Benny)

Pada suatu hari raja hutan mengumumkan agar penghuni hutan menghadiri pesta ulang tahunnya yang ke-8. Seekor kura-kura ingin menghadiri pesta tersebut. Ia berjalan menuju ke tempat pesta. Dalam perjalanan ia bertemu dengan seekor kijang. Sambil berlari kencang kijang bertanya, “Kura hendak kemana dan mengapa tergesa-gesa menuju puncak gunung?” Kura menjawab “Aku ingin menghadiri pesta raja kita.” Kijang mengejek, “Ha, kau hendak ke sana? Pesta sudah selesai kau pasti belum sampai.”
Kura terus berjalan dan bertemu dengan seekor kuda, yang bertanya, “Hai, kura mau kemana?” Kura menjawab, “Aku ingin menghadiri pesta raja hutan.” Kuda pun tertawa, “Kau ingin hadir, kau belum sampai pesta sudah usai.” Kura tetap berjalan dengan semangat, akhirnya ia sampai di pesta ulang tahun raja hutan yang ke-9.
Setiap manusia harus mempunyai tujuan hidup. Manusia lahir tidak untuk menderita dan tidak hanya menunggu ajal saja. Ia harus yakin bahwa ia bisa hidup bebas dari penderitaan mencapai kebahagiaan. Buddha memberitahukan Tuhan itu adil dan kuasa :
  1. Manusia kaya atau miskin, pintar atau bodoh pasti akan meninggal dunia. Tertawa bukan monopoli orang kaya. Hidup ini ada kuasa Tuhan yang disebut Hukum Karma. Tiada seorang pun dapat menghindar dari Hukum Karma. Akibat dari perbuatan buruk tentu menderita. Oleh karena itu, berbuat baik, bertobat dan beribadah, akan mendapat berkah.
  2. Orang yang rajin, mau bertanya, berusaha untuk mengerti, ia akan lebih pandai daripada orang yang tidak berusaha. Orang yang dilahirkan kurang mampu, tapi tahu tujuan hidupnya, bagaikan kura-kura yang akan menghadiri pesta raja hutan, meskipun dihina, diejek, ia tetap tekun dan yakin suatu saat ia akan berhasil, hanya beda waktunya saja.
  3. Orang yang belum berusaha maksimal, jangan memvonis diri dengan mengatakan tidak mampu.

Demikianlah teman se-Dharma, orang harus tahu tujuan hidupnya, giat beribadah, belajar, bertanya, mengintrospeksi diri, mencari solusi terbaik dan tekun berjuang. Orang yang demikian meskipun lambat pasti ia akan berhasil. Orang yang tahu tujuan hidupnya, tapi tidak mau tekun mewujudkan, selalu mengharapkan orang lain dan menyalahkan lingkungan, orang seperti ini akan kehilangan kesempatannya dan tidak sukses. Omitofo.
Sumber : Pencerahan Batin oleh Y.A Maha Bhiksu Dutavira Sthavira (Suhu Benny).

Saturday, March 3, 2012

Perempuan Tercantik di Dunia

Ungkapan cantik itu relatif kiranya benar. Tersebutlah seorang perempuan yang tidak cantik. Tak ada yang istimewa darinya. Tak ada yang membuatnya tampak beda di tengah perempuan-perempuan lainnya.
Ia dibesarkan di tengah keluarga dengan 6 anak. Sebagai anak sulung, dia belajar bertanggungjawab sejak usia dini. Karena itu, ia tumbuh jadi gadis kuat dan cemerlang. Ia menimbulkan rasa senang kepada siapa pun yang bertemu dengannya. Kendati pun tidak cantik, dia membuat orang lain merasa cantik.
Suatu hari, ia bertemu dengan pemuda pemberontak yang tak senang belajar. Yang menganggap ketampanan adalah segalanya. Sambil berteman dengannya, ia mengajarinya berbagai mata pelajaran sehingga si pemuda bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.
Mereka berteman baik dan si gadis jatuh cinta kepada muridnya yang tampan. Ternyata dia bertepuk sebelah tangan. Pemuda tampan itu jatuh cinta pada gadis yang sangat cantik,  yang membuat semua pemuda berpaling kepadanya. Rambutnya bagai mayang terurai dan mengilap. Matanya jeli dan indah.
Si pemuda lalu menceritakan gadis cantik itu kepada ‘guru’nya. Menurut si pemuda, gadis tersebut secantik malaikat. Kerongkongan gadis yang biasa-biasa itu tercekat. Dia tahu, dirinya tidak cantik dan sadar, tak bisa merebut hati si pemuda. Tapi dia tidak peduli. Jika si pemuda bahagia, dia juga bahagia atau mencoba bahagia.
Ia membantu si pemuda menulis surat cinta yang paling indah untuk malaikatnya. Setiap kali menulis, ia membayangkan surat tersebut ditujukan kepadanya dan menerima setiap surat tersebut. Itu sebabnya, dengan sepenuh hati ia membantu si pemuda memilih kata-kata tepat. Membelikan hadiah tepat buat malaikatnya.
Si malaikat membuat si pemuda sangat senang, tapi membuat sakit si gadis tak cantik yang menangis di balik senyumnya. Tapi semua ini tidak membuatnya berhenti memberi lebih dan lebih dibanding yang diterimanya.
Suatu hari, dunia si pemuda seperti runtuh. Malaikatnya meninggalkannya untuk pria lain yang lebih kaya, lebih tampan, dan lebih sukses. Si pemuda terkesima. Dia sangat sakit hati dan mengurung diri di kamar selama berhari-hari. Gadis tak cantik itu datang dan menghiburnya. Ia ikut terluka melihat pemuda pujaannya terluka.
Waktu berlalu dan luka sembuh. Si pemuda itu menyadari sesuatu yang lain dari sahabat yang juga gurunya. Selama ini, ia tak pernah menyadarinya. Tawanya yang terdengar seperti surga. Atau senyumnya yang mencerahkan hari yang paling kelam. Atau hanya betapa cantiknya dia, ya, betapa cantiknya dia di matanya. Gadis biasa-biasa yang sederhana itu cantik untuknya. Dan si pemuda mulai jatuh cinta dengan gadis cantik ini.
Suatu hari, ia mengumpulkan segenap keberanian untuk menemuinya. Ia lalu menuju rumah si gadis dengan berbagai pikiran berkecamuk di kepalanya. Dia akan memberitahu betapa cantiknya dia baginya. Dia akan memberitahu betapa ia sangat jatuh cinta kepadanya.
Ia mengetuk pintu rumah si gadis dengan rasa panik. Tak ada yang membukakan pintu.
Hari berikutnya, ia mendapat kabar, gadis cantiknya menderita aneurysm otak dan sekarang sedang koma di rumah sakit. Dokter menyatakan si gadis sudah meninggal secara klinis. Jantungnya berdetak hanya karena bantuan alat. Keluarganya memutuskan untuk melepasnya.
Si pemuda datang untuk melihat si gadis untuk yang terakhir kalinya. Ia memegang tangannya, membelai rambutnya, dan menangis untuk gadis cantiknya. Ia menangis karena tak akan bisa melihat senyumnya lagi. Atau mendengar dia memanggil namanya.
Ia menangis dan menangis, tapi terlambat. Gadis cantik itu dimakamkan dengan iringan air mata si pemuda. Kali ini ia merasakan kehilangan yang paling besar dalam hidupnya. Ia kehilangan gadis yang paling cantik di dunia.
Moral Cerita :
Coba lihat sekeliling Anda. Apakah Anda melihat banyak wajah-wajah sederhana? Lihat baik-baik. Benar-benar lihat baik-baik. Kalau tidak, kemungkinan Anda tidak melihat orang yang paling cantik selamanya.
Kecantikan fisik akan luntur seiring waktu namun inner beauty akan bertahan selamanya.
Info :
Aneurysm otak adalah bagian yang menggembung dan lemah pada arteri yang men-suplai darah ke otak. Tidak menimbulkan simptom sehingga sering kali tidak diketahui.
Biasanya ditemukan ketika pecah dan menyebabkan stroke pendarahan otak, kerusakan otak dan kematian. Bisa terjadi pada umur berapa saja, tapi lebih sering pada orang dewasa dibanding anak-anak. Lebih banyak mengenai perempuan dibanding pria.

Popular Posts