Pages

Tuesday, January 2, 2018

Jalan-jalan yuk ke Papandayan

Gunung Papandayan terletak di kabupaten Garut tepatnya di Kecamatan Cisurupan. Gw tertarik dengan destinasi ini setelah salah seorang teman kampus gw pergi mendaki gunung ini dan pulang membawa cerita serta foto-foto yang menarik selama mendaki gunung ini. Setelah melakukan riset kecil melalui Mbah Google dan mencari hari libur, gw putuskan untuk pergi ke Papandayan tanggal 23 Desember 2017. Istilahnya little escape gitu.

Papandayan Camping Ground

Gw berencana nginep di Tree House-nya Papandayan Camping Ground (PCG). Reviewnya di Google cukup oke. Awalnya mau di Camping Ground-nya pakai tenda, tapi mengingat bulan Desember yang identik dengan hujan akhirnya dipilih Tree House-nya aja (ambil aman daripada hujan trus tendanya... u know lah). Jadilah gw booking Tree House PCG di Traveloka. FYI, disana listriknya pakai genset kecil gitu, dan katanya colokannya hanya bisa buat charge HP. Untuk yang di tenda gak ada listrik sama sekali, cuman dikasih lampu yang dinyalain pakai ACCU. Cocok buat yang mau Back To Nature.

Gw kesana bertiga bareng Bokap dan Adik gw. Adik gw antusias banget (maklum... haus vacay 😅). Dan hari yang ditunggu pun tiba. Rencananya kita berangkat tanggal 23 Desember 2017 jam 2 pagi. Unfortunately, gw demam 8 jam sebelum keberangkatan 😔. Ditambah lagi berita mengenai kemacetan di Tol Jakarta-Cikampek. Akhirnya Bokap mengundurkan jam keberangkatan menjadi jam 5 pagi.

Normalnya perjalanan dari Jakarta ke Papandayan, Garut adalah kurang lebih 5 jam lewat jalur Pantura. Namun, karena libur long weekend yang menyebabkan kemacetan di daerah Tol Bekasi hingga Cikampek dan sedikit tersendat saat memasuki daerah Bandung dan juga Garut, jadinya ditempuh selama kurang lebih 9 jam. Itu artinya kami tiba di PCG jam 2 siang.

Saat mau check in ada masalah dengan booking-an gw di Traveloka. Ternyata PCG sudah tidak bekerja sama dengan Traveloka (What?!) dan gw gak konfirmasi ke PCG karena selama ini gw booking di Traveloka atau Agoda (tergantung mana yang lebih murah dan available hehehe) gak ada masalah. Karena saat ini adalah peak season.... Tree House sudah full book! Akhirnya diberi alternatif sama pihak PCG untuk diganti ke Camping Ground (karena itu yang masih available) dan sisanya akan di refund. Well, dapatnya malah pilihan awal yaitu tenda. Gw cuman bisa berdoa agar tidak turun hujan selama kami menginap.

PCG termasuk oke buat jadi tempat penginapan. View nya itu lohhh kece! Pagi sampai sore kita akan disuguhkan view gunung Papandayan dan malamnya ada view kota Garut. Spot buat fotonya juga banyak. Dikarenakan gw masih belum fit, jadi gak foto banyak disana. Udaranya juga segar, airnya dingin banget. Kalau malam behhh suasananya dingin. So, jangan lupa kenakan pakaian yang agak tebal.

Salah satu spot foto
Bangku Mesra



Tenda kami - Satu tenda muat 2 orang
Tempat makan kami



View Kota
Saat malam
View Kota - Sebenarnya viewnya lebih bagus dari ini, tapi kamera hp nya cuman sanggup segini doang T.T
Api Unggun - Seikatnya Rp. 10.000,-
View dari Tenda
Cooking
 
Cantik kan View-nya
Gunung Papandayan

Kami mendaki Papandayan tanggal 24 Desember 2017 dengan pemandu yang direkomendasikan dari pihak PCG yakni, Kang Asep Gones. Rencananya jam 4 pagi dah harus daki. Tapi biasalah... ada ngaretnya hahaha. Sebelum berangkat mesin mobil dari keluarga yang satu rombongan dengan kami gak bisa nyala. Mungkin karena terlalu dingin. Jadinya jam 5 baru mulai daki. Sun rise-nya jadi gak terkejar. Jarak antara PCG ke Gunung Papandayan cukup dekat. 

Gunung Papandayan memiliki jalur pendakian yang tergolong ringan dan cocok untuk pemula. View-nya cantik-cantik, tersedia kamar mandi di beberapa spot pendakian, banyak spot bagus buat foto, suasananya juga kece, sejuk. Terdapat beberapa spot menarik di Gunung Papandayan yaitu, kawah, Hutan Mati, Pondok Salada, maupun Tegal Alun.



Yang pakai celama merah itu Kang Asep Gones


Bangunan di belakang itu kamar mandi
 


Ini di kawah







Ini di Hutan Mati
 

Pendaki Kantoran



 

Menuju Pondok Salada 
Tegal Alun

 

Jalur Pendakian
We did it!
Taman Wisata Alam Papandayan
Kami turun sampai bawah sekitar jam 11 siang. Pendakian yang menakjubkan dan sungguh berkesan. Orang-orangnya juga ramah. View-nya kece... landscape-nya mantap sob! Dan ingat selalu : Jangan menginggalkan apapun kecuali jejak, jangan mengambil apapun kecuali foto, dan jangan membunuh apapun kecuali waktu.

Tanggal 25 Desember 2017 kami pulang kembali ke Jakarta. Ada yang menyarankan kami untuk pulang melalui jalur Kamojang, Majalaya. Katanya viewnya lebih bagus. Jadilah kami check out jam 10 pagi.  Sepanjang perjalanan melalui jalur Kamojang kami disuguhi pemandangan alam yang indah. Terdapat banyak kebun sayur. Udaranya juga segar dan sejuk karena jalur Kamojang melewati Gunung Kamojang yang terkenal akan panas Buminya (Geothermal). Kami juga melewati Pertamina Geothermal Energy yang merupakan pembangkit listrik tenaga panas Bumi. 

Di Kamojang juga terdapat jembatan kuning bernama Kamojang Hill Bridge yang menghubungkan dua sisi tebing.
Foto dulu sambil nge-rujak
Perjalanan pulang termasuk cukup lancar. Kami tiba di rumah sekitar jam 4 sore. Overall, trip vacay kali ini sungguh berkesan. Cuaca sangat cerah selama kami berada disana, tidak ada hujan. Can't wait till the next trip... yuhuuu 😄

Saturday, June 24, 2017

Kisah Inspiratif : Remaja Penabrak BMW

Sumber Gambar : Wikipedia
Apakah Anda pernah membaca peristiwa seorang remaja murid SMA yang menabrak kendaraan BMW lalu meninggalkan surat permintaan maaf dan uang hasil kerjanya?

Xue Zhan Min, pemilik kendaraan tersebut terkesan oleh kejujurannya dan memutuskan untuk mencari remaja tersebut guna mengembalikan uang yang ia tinggalkan, juga membiayai sekolahnya. Dalam rangka menemukan remaja jujur tersebut, pihak kepolisian berusaha mencari alamat yang bersangkutan dengan mengunjungi pos polisi untuk memantaunya melalui rekaman gambar kamera sirkuit.

Akhirnya dapat dipastikan bahwa remaja lelaki tersebut bernama Chen Yi Fan yang sehari-hari tinggal di rumah kakeknya di  Chuk Yuen Village. Chen Yifan sedikit panik begitu melihat kasusnya diberitakan di media. Ia sebelumnya ada mencatat nomor telepon pemilik mobil dan berencana untuk mengangsur biaya perbaikan mobil yang menjadi tanggungannya dengan mencari uang lewat bekerja.
Oleh karena ia tidak memberitahu kedua orangtuanya yang bekerja di kota Chang Chun, Tiongkok.

Akibat beritanya sudah tersebar, ia terpaksa menelepon ibunya untuk menceritakan kejadian yang ia alami dan meminta pendapat. Mendengar hal itu ibunya segera pulang dan mengajak Chen Yi Fan untuk menemui pemilik kendaraan. Setelah bertemu muka, ibunya berjanji akan membayar seluruh biaya perbaikan kerusakaan yang ditimbulkan oleh anaknya. Namun di luar dugaan Xue Zhan Min tidak setuju dengan hal itu.

Dia menjelaskan bahwa ia memang meminta bantuan polisi untuk mencari alamat Chen Yi Fan tetapi bukan karena ingin mengejar uang ganti rugi. Itu dilakukan karena terkesan dengan kejujuran yang ditunjukkan Chen Yi Fan dan ingin memberikan bantuan kepadanya.

Beberapa hari kemudian, Xue Zhan Min meminta putrinya pergi ke rumah Chen Yi Fan dan  menyerahkan uang kontan 10.000 Yuan sebagai bantuan untuk membayar biaya sekolahnya. Chen Yi Fan beserta keluarga bersikeras untuk menolak menerima uang tersebut.

“Saya yang berbuat salah dan sampai sekarang pun saya masih merasa bersalah. Saya sudah sangat bersyukur karena dibebaskan dari membayar ganti rugi. Bagaimana saya tidak malu untuk menerima uang bantuan ini ?” kata  Chen Yi Fan.

Putri Xue Zhan Min lalu menjelaskan bahwa ia datang menemuinya hanya untuk menyerahkan apa yang pernah dijanjikan ayahnya. Bila Chen Yi Fan bersikeras untuk membayar ganti rugi perbaikan mobil, itu bisa dipenuhi setelah kelak lulus sekolah dan sudah berpenghasilan. Seorang polisi yang ikut datang bersama juga memberikan saran serupa. Akhirnya ia baru mau menerima dana yang penuh dengan kasih sayang di dalamnya.

Sesungguhnya, Xue Zhan Min yang menjabat Direktur Hongli Teknologi Perlindungan Lingkungan di kota Shao Xing sempat naik pitam begitu melihat mobil BMW yang sedang diparkir di tepi jalan mengalami kerusakan. Kerusakan berupa kaca spion bagian kiri, pintu dan bagian belakang mobil tergores sepanjang sekitar 20 cm. Ia tidak menemukan orang yang membuat kerusakaan berada di sekitar, ia mengira orangnya sudah melarikan diri.

Ketika ia sedang memeriksa bagian lain dari mobil kesayangannya apakah ada yang rusak, ia menemukan sebuah gulungan kertas yang disisipkan di gagang pintu mobil. Di dalamnya berisikan uang kontan 311 Yuan dan tulisan yang berbunyi, “Paman yang terhormat, akibat saya tidak berhati-hati dalam berkendara, spion mobil Anda jadi rusak, membuat saya sangat menyesal. Saya adalah murid sekolah Dinas Pertambangan, memanfaatkan liburan musim dingin untuk bekerja di kota. Ada sedikit uang saya tinggalkan untuk biaya perbaikan, meskipun saya tahu bahwa itu jauh dari cukup. Tetapi karena saya sudah tidak memiliki uang lagi, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.”

Xue Zhan Min terkesan setelah membaca isi tulisan di secarik kertas itu. Ia sadar bahwa biaya perbaikan kerusakan itu tidak seberapa baginya, tetapi tidak kecil bagi Chen Yi Fan. Oleh karena itu ia berubah pikiran. Ia memutuskan untuk membantu anak remaja tersebut yang berani bertanggung jawab atas kesalahannya. Ia kemudian meminta bantuan polisi untuk menemukan alamat yang bersangkutan.

Ketika diwawancara oleh media ia mengatakan, “Hai, anak yang jujur, di mana Anda berada? Mungkin hidup keluarga Anda lebih sulit. Biaya perbaikan mobil mungkin menjadi momok bagi Anda, tetapi Anda tidak perlu khawatir sekarang karena perbaikan sudah selesai dilakukan. Uang ganti rugi tak perlu lagi Anda pikirkan. Saya hanya ingin segera menemui Anda untuk mengembalikan uang hasil kerja Anda. Jika Anda bermasalah, saya bersedia mengulurkan tangan bantuan buat Anda, membantu Anda menyelesaikan sekolah, bahkan membantu untuk mencarikan pekerjaan kelak setelah Anda lulus.”

Dengan dibantu oleh polisi, Xue Zhan Min berhasil merealisasikan keinginannya, memperoleh alamat remaja itu dan memberikan bantuan uang. Ibu dari Chen Yi Fan mengatakan bahwa ia hidup dalam keluarga yang tidak kaya harus sepanjang tahun bekerja bersama suami di kota lain. Ia memiliki 2 orang putri dan seorang putra yang pengawasannya dititipkan kepada kakek-nenek mereka.

Putranya kini bersekolah di SMA kelas 2. Ia termasuk anak yang penuh pengertian dengan hari-hari  tinggal di asrama sekolahan, liburan sekolah selalu dimanfaatkan untuk mencari uang dengan bekerja. Meskipun ia sadar bahwa putranya itu bekerja keras, tetapi ia mendukung keputusannya, mendukung putranya itu sejak usia dini sudah belajar bermandiri.

Banyak anak-anak sekarang sudah kehilangan perilaku berkualitas seperti yang dimiliki  Chen Yi Fan. Chen orangnya jujur dan bersedia menanggung beban tanggung jawab. Semoga ia memiliki masa depan yang cerah.

Sungguh betapa bernilainya arti sebuah kejujuran....

LEPASKAN SEMUA BURUNG PIPIT ITU PERGI (KISAH NYATA)

Ada satu kisah nyata yang menarik yang terjadi di Tiongkok yang dimuat dalam buku The Love of Life.
Sumber Gambar : https://assets.hmetro.com.my/images/articles/b83c7c8a-f270-4f60-8d8b-4de58c528a07.transformed.jpg
Fan adalah nama seorang suami yang tahu persis bahwa istrinya menderita penyakit TBC yang tidak mudah untuk disembuhkan, tetapi dia menjaganya dengan lembut dan sepenuh hati.
“Apakah kamu merasa lebih baik hari ini?” tanya Fan berusaha menghibur isterinya.
“Terimakasih….atas…perhatianmu,” istrinya berkata sambil terengah-engah kesakitan. 
Fan meminta dokter terbaik di Chingkou, Chen Shihying untuk mengobati istrinya. Dokter Chen memeriksa istrinya dengan hati-hati dan menyuruh Fan untuk menunggu.
“Ada satu cara untuk mengobatinya, sebab dia cukup parah,” kata dokter tersebut.
“Ambil seratus kepala burung pipit, dan buat mereka menjadi obat sesuai resep ini. Kemudian hari ketiga dan ketujuh makan otak burung pipit tersebut. Ini adalah rahasia turun-temurun dari nenek moyangku, dan tidak pernah gagal. Tetapi ingat, kamu harus mempunyai seratus burung pipit. Tidak boleh kekurangan satu pun.”
Fan ingin sekali menolong istrinya, sehingga ia langsung pergi membeli seratus burung pipit. Burung-burung itu berdesakan dalam satu sangkar yang besar. Mereka menciap-ciap dan berlompatan sangat memilukan, sebab tempatnya terlalu sempit bagi mereka untuk menikmati diri mereka sendiri. Bahkan mungkin mereka tahu kalau mereka akan dibunuh.
“Apa yang kau lakukan pada burung-burung tersebut?” tanya Nyonya Fan.
“Ini adalah resep special dokter Chen! Kita akan membuat mereka menjadi obat dan kamu akan segera sembuh,” suaminya dengan gembira menjawab.
“Tidak, jangan lakukan itu!” Nyonya Fan duduk di atas ranjangnya.
“Kamu tidak boleh mengambil seratus nyawa untuk menyelamatkan satu nyawa saya! Saya lebih baik mati daripada membiarkan kamu membunuh semua burung pipit itu untukku!”
Fan tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
“Kamu benar-benar mencintai saya,” dia melanjutkan, “Lakukan sesuai permintaan saya. Buka sangkarnya dan lepaskan semua burung pipit itu pergi. Lalu jika saya mati, maka saya akan meninggal dengan tentram.”
Apa yang dapat Fan lakukan?
Fan membawa sangkar itu ke hutan kemudian ia membebaskan semua seratus burung pipit itu. Mereka terbang ke dalam semak-semak dan pohon-pohon dan bernyanyi serta berciap-ciap. Mereka terlihat amat senang karena bebas.
Dalam beberapa hari, Nyonya Fan dapat bangun dari ranjang lagi, walaupun dia tidak minum obat apa-apa. Teman-teman dan saudara-saudaranya berdatangan untuk memberinya selamat karena kesembuhannya yang cepat dan relatif singkat dari penyakit mengerikan itu. Semuanya sangat bahagi!
Tahun berikutnya, keluarga Fan memperoleh bayi laki-laki yang amat sehat dan lucu, tetapi yang agak aneh dan menambah kelucuannya adalah di setiap lengannya terdapat sebuah tanda lahir kecil berbentuk seperti burung pipit!
________________
Renungan :
Pelepasan makhluk hidup (Fang Shen) adalah merupakan tindakan nyata yang tumbuh dari benih Cinta Kasih kita kepada sesama makhluk hidup. Dengan menyelamatkan dan melepaskan makhluk tersebut ke alam bebas, yang didasari oleh pengharapan agar semua makhluk hidup berbahagia dan bebas dari penderitaan, sesungguhnya kita telah melakukan perbuatan yang sangat mulia dan sesuai dengan yang telah diajarkan oleh Para Buddha sepanjang zaman.
Dalam Kitab Suci Tipitaka, Anguttara Nikaya III: 203, Sang Buddha mengajarkan lima aturan moral (sila) yang dikenal dengan Pancasila Buddhis. Salah satu dari lima sila tersebut adalah bahwa seorang umat Buddha bertekad melatih diri menghindarkan diri dari “Pembunuhan Makhluk Hidup”.
Pembunuhan, apapun bentuk dan alasannya adalah merupakan perbuatan kejahatan, karena pembunuhan berarti mengakhiri kehidupan makhluk lain.
Jika kita sebagai manusia memiliki keinginan untuk hidup, serta tidak ingin kehidupan kita dirampas dan dipenjara oleh makhluk lain, demikian juga yang dirasakan dan diinginkan oleh makhluk lain. Hal ini adalah hukum alam kehidupan yang tidak dapat dipungkiri. Tetapi mungkin kita sering berusaha untuk mengingkarinya dengan lebih mengutamakan kepentingan diri kita sendiri dengan anggapan bahwa kepentingan kita jauh lebih diatas dan lebih berharga daripada kepentingan makhluk lain.
Ingatlah selalu Ajaran Sang Buddha yang terangkum dalam sebait syair indah yang berbunyi:
Sabba pappasa akaranam,
Kusala uppasampada,
Sacitta pariyodapanam,
Etam Buddhanam sasanam

Tidak melakukan segala bentuk kejahatan,
senantiasa mengembangkan kebajikan
dan membersihkan batin;
inilah Ajaran Para Buddha.

Jadilah Elang Bukan Bebek (Melipatgandakan Kesuksesan)

Sumber gambar : http://media.viva.co.id/thumbs2/2016/11/30/583e3d9689855-3-motivasi-menggapai-kesuksesan-meski-kamu-tidak-terlahir-dari-keluarga-kaya_641_452.jpg


Suatu ketika, Harvey Mackay sedang menunggu antrian taksi di sebuah bandara. Kemudian, sebuah taksi mengkilap muncul dan mendekatinya. Sang supir taksi pun keluar dengan berpakaian rapi, dan segera membukakan pintu penumpang. Sang supir kemudian memberi Harvey sebuah kartu dan berkata, "Nama saya Wally.Sementara saya memasukkan barang bawaan ke bagasi, silakan membaca pernyataan misi saya."
Jadilah elang...
Elang membumbung tinggi di angkasa.
"Di tahun pertama saya sebagai elang, penghasilan saya naik dua kali lipat. Tahun ini mungkin menjadi empat kali lipat. Anda beruntung bisa mendapatkan saya hari ini. Saya tak menunggu di pangkalan lagi. Pelanggan saya menelpon saya atau meninggalkan pesan di mesin penjawab. Jika saya tak bisa menjemput mereka sendiri, saya meminta bantuan teman saya.”


Harvey kemudian membaca kartu tersebut, yang tertulis “Misi Wally: Mengantar pelanggan ke tempat tujuan dengan cara tercepat, teraman, dan termurah dalam lingkungan yang bersahabat.”

Harvey sangatlah terkejut, terutama setelah ia melihat bagian dalam taksi yang sangat bersih. Di belakang kemudi, Wally berkata, “Apakah Anda ingin kopi? Saya punya yang biasa dan tanpa kafein.” Harvey pun berkata “Tidak, saya ingin minuman ringan saja.” Dan ternyata, Wally menjawab, “Tak masalah, saya punya pendingin dengan Coke biasa dan Diet Coke, air, serta jus jeruk.” Dengan terkagum-kagum, Harvey berkata “Saya mau Diet Coke saja.” Setelah memberikan Diet Coke, Wally pun kembali menawarkan “Jika Anda ingin membaca, saya punya The Wall Street Journal, Time, Sports Illustrated dan USA Today."

Ketika taksi mulai berjalan, Wally kembali menawarkan radio mana yang ingin didengar oleh Harvey. Tapi ternyata masih ada lagi; Wally menanyakan apakah AC nya sudah pas dengan pelanggannya tersebut. 

Selama perjalanan, Harvey pun penasaran. “Apakah kau selalu melayani pelanggan seperti ini, Wally?” tanya Harvey. Wally kelihatan tersenyum dari kaca taksinya. “Tidak selalu, malah baru di dua tahun terakhir. Di tahun pertama, saya banyak mengeluh seperti kebanyakan supir taksi. Kemudian saya mendengar Wayne Dyer di radio yang mengatakan bahwa ia baru saja menulis buku berjudul  ‘You’ll See It When You Believe It’. Ia mengatakan bahwa jika Anda bangun dan mengharap hal buruk terjadi, maka itu hampir pasti terjadi. Dia juga berkata, 
Berhenti mengeluh! Berbedalah dari pesaing Anda.
Jangan menjadi bebek.
Bebek menguik dan mengeluh.
Hal ini menohok saya. Ia sedang membicarakan saya, jadi saya mengubah sikap dan memilih untuk menjadi elang. Saya melihat supir taksi lain, dan saya melihat bahwa mobil mereka kotor, mereka tidak ramah, dan pelanggan mereka tidak senang. Jadi saya memutuskan untuk membuat perubahan sedikit demi sedikit. Ketika pelanggan suka, saya meningkatkannya.”

“Pasti kau sudah merasakan manfaatnya”, kata Harvey. "Tentu saja," Jawab Wally. 


Cerita Wally memang sangat inspiratif. Ia memberi layanan sebuah limo dari sebuah taksi, melipatgandakan penghasilan, karena ia memilih untuk menjadi elang dan bukannya bebek yang mengeluh.

Jangan tunda lagi! Ambil langkah Anda! Raih kesempatan Anda! Berhenti mengeluh!

Saturday, October 1, 2016

Hikayat Koin Penyok

Sumber Foto : http://www.fiorinajewellery.com.au/Rings/bent-coin-ring
Seorang lelaki berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Kondisi keuangan keluarganya morat-marit.
Saat menyusuri jalanan sepi, kakinya terantuk sesuatu.
Ia membungkuk dan menggerutu kecewa. "Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok."
Meskipun begitu ia membawa koin itu ke bank.
"Sebaiknya koin ini dibawa ke kolektor uang kuno", kata teller itu memberi saran.
Lelaki itu membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, koinnya dihargai Rp 300.000,
Lelaki itu begitu senang. Saat lewat toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu obral. Dia pun membeli kayu seharga Rp 300.000, untuk membuat rak buat istrinya. Dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang.
Di tengah perjalanan dia melewati bengkel pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu bermutu yang dipanggul lelaki itu. Dia menawarkan lemari 1 juta rupiah untuk ditukar dengan kayu itu. Setelah setuju, dia meminjam gerobak untuk membawa pulang lemari itu.
Dalam perjalanan dia melewati perumahan. Seorang wanita melihat lemari yang indah itu dan menawarnya 2 juta rupiah. Lelaki itu ragu-ragu dan akhirnya wanita itu menaikkan tawarannya menjadi 3,5 juta rupiah. Lelaki itu pun setuju.
Saat sampai di pintu desa, dia ingin memastikan uangnya. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 3,5 juta rupiah.
Tiba-tiba ada perampok datang, mengacungkan clurit, merampas uang itu, lalu kabur.
Istrinya kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya dan bertanya dengan penuh kekhawatiran,
_"Apa yang terjadi?
_Kamu baik2 saja kan?
_Apa yg diambil perampok tadi?"

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, "Oh, nggak apa-apa kok. Yang diambil hanya sebuah koin penyok yang kutemukan di jalan tadi pagi..."
Moral Cerita
Bila kita sadar bahwa kita tak pernah memiliki apapun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan?

Semestinya kita bersyukur atas segala yang telah kita miliki, karena ketika datang tidak membawa apa-apa dan pergi kita tidak membawa apa-apa.
Menderita karena melekat. Bahagia karena melepas.
Karena demikianlah hakikat sejatinya kehidupan.
Apa yang sebenarnya yang kita punya dalam hidup ini?
Tidak ada!
Bahkan napas kita saja bukan kepunyaan kita dan tidak bisa kita genggam selamanya.
Hidup itu perubahan, dan pasti akan berubah.
Saat kehilangan sesuatu kembalilah ingat bahwa sesungguhnya kita tidak punya apa-apa.
Jadi "kehilangan" itu tidaklah nyata dan tidak akan pernah menyakitkan.
Kehilangan hanya sebuah tipuan pikiran yang penuh dengan ke"aku"an.
Ke"aku"an-lah yang membuat kita menderita.‎
Rumahku, hartaku, istriku, suamiku, anakku.
Lahir ‎tidak membawa apa-apa, meninggal pun sendiri, tidak membawa apa-apa dan siapa-siapa.
Pada waktunya "let it go".
Siapapun yang bisa melepas, tidak melekat, tidak menggenggam erat, maka dia akan selalu bahagia.

Have A Nice Day :)

Sunday, September 25, 2016

Nilai Sebuah Baju Bekas - Motivasi Michael Jordan

Sumber foto : http://www.dongtw.com/nba-news/20160722/000322685.html
"Sama sama manusia, entah hitam putih tinggi pendek, namun yang membedakan nilainya adalah kesungguhannya dalam berusaha."
Dia berkulit hitam, lahir di daerah kumuh Brooklyn, New York, ia melewati kehidupannya dalam lingkungan miskin dan penuh diskriminasi.
Suatu hari ayahnya memberikan sehelai pakaian bekas kepadanya, “Menurutmu, berapa nilai pakaian ini?”
Ia menjawab, “Mungkin USD 1.”
“Bisakah dijual seharga USD 2? Jika berhasil, berarti engkau telah membantu ayah dan ibumu."
“Saya akan mencobanya.”
Lalu dia membawa pakaian itu ke stasiun kereta bawah tanah dan menjual selama lebih dari enam jam, akhirnya ia berhasil menjual USD 2 dan berlari pulang.
Kemudian, ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas kepadanya, “Coba engkau jual seharga USD 20?”
"Bagaimana mungkin? Pakaian ini paling hanya USD 2."
Ayahnya berkata, “Mengapa engkau tidak mencobanya dulu?”
Akhirnya, ia mendapatkan ide. Ia meminta bantuan sepupunya untuk menggambarkan seekor Donald Duck yang lucu dan seekor Mickey Mouse yang nakal pada pakaian itu. Ia lalu menjualnya di sekolah anak orang kaya, dan laku USD 25.
Ayahnya kembali memberikan selembar pakaian bekas kepadanya, “Apakah engkau mampu menjualnya degan harga USD 200?"
Kali ini ia menerima tanpa keraguan sedikit pun, kebetulan aktris film populer “Charlie Angels”, Farrah Fawcett berada di New York, sehabis konferensi pers, ia pun menerobos penjagaan pihak keamanan dan meminta Farrah Fawcett membubuhkan tanda tangan di pakaian bekasnya. Kemudian terjual USD 1500.
Malamnya, ayahnya bertanya,  “Anakku, dari pengalaman menjual tiga helai pakaian ini, apa yang engkau pahami?”
Ia menjawab “Selama kita mau berpikir pasti ada caranya.”
Ayahnya menggelengkan kepala, “Engkau tdk salah! Tapi bukan itu maksud ayah, ayah hanya ingin memberitahukanmu bahwa sehelai pakaian bekas yang bernilai satu dolar juga bisa ditingkatkan nilainya. Apalagi kita sebagai manusia? Mungkin kita berkulit gelap dan miskin, tapi apa bedanya?”
Sejak itu, ia belajar dengan lebih giat dan menjalani latihan lebih keras, dua puluh tahun kemudian, namanya terkenal di seluruh dunia.
Ia adalah MICHAEL JORDAN.

Tuesday, September 6, 2016

MENYELAMATKAN KEHIDUPAN BERARTI MENYELAMATKAN NYAWA SENDIRI

Sumber foto : http://stuffpoint.com/dogs/image/27087/four-dogs-in-a-grass-picture/
Dahulu kala, ada seorang tua baik hati bernama Chu Ping. Suatu hari dia pergi mengunjungi keluarganya. Di sana, keluarganya sedang menyeret keluar 4 ekor anak anjing. "Apa yang akan kau lakukan terhadap anak-anak anjing itu ?" Chu Ping bertanya. "Saya akan membuang mereka. Anjing kami melahirkan 4 ekor anak anjing, orang-orang berkata 4 ekor anak anjing dalam sekali persalinan adalah sial, jadi saya akan menyingkirkan mereka."

(Dalam bahasa Mandarin, angka 4/ si å›› , punya bunyi yang sama dengan kata mati/ si æ­», sehingga masyarakat menganggap angka 4 adalah sial).

"Apakah kau mau memberikan mereka kepada saya?" Chu Ping kembali bertanya. "Itu kemauanmu. Silakan!" Maka Chu Ping menjadi pemilik 4 ekor anak anjing yang lincah. Dia rawat dengan baik dan tak lama mereka tumbuh menjadi 4 ekor anjing yang kuat dan sehat.
Suatu sore ketika Chu sedang duduk di rumah, ia mendengar suara seperti bisikan rumput di luar. Suara semakin mendekat dan semakin keras. Pertama-tama terdengar seperti bisikan, lalu semilir angin, kemudian terdengar seperti angin kencang yang bertiup melewati lembah!
Chu keluar menyelidiki, dan .... beberapa langkah dari pintu, ada seekor ular python besar! Tubuhnya seukuran roda.
Ia melihat sekeliling dengan ganas, matanya besar seperti menyihir, lidahnya merah menyala menjulur keluar, menggeliat. Lalu dia melihat Chu!
Seperti anak panah meluncur dari busur, dia menyergap lurus ke arahnya! Chu tak dapat bergerak.
Dia terlalu takut bahkan untuk bersuara. Kemudian, sewaktu dia seperti akan binasa.....keempat anjingnya datang bagai terbang ke arah ular tersebut. Mereka meloncat, tak takut pada monster yang mengerikan itu, menggonggong dan menyalak sambil menyerang dari 4 sisi. Keributan itu mengundang para tetangga. Tak ada yang berani mendekati, tetapi mereka semua bersorak untuk keempat anjing  yang berani itu dari kejauhan.
Dengan amat cepat, 2 ekor anjing telah menggigit leher dekat kepala, sehingga ular itu tak bisa menggigit mereka. Darah memancar dan sesaat kemudian, python besar itu mati.
Anjing-anjing itu memeriksanya sebentar, mengendus dengan hati-hati. Lalu dengan sikap merendahkan, mereka mengorek tanah dan melemparkan ke atas bangkai ular tersebut dan datang ke arah Chu dengan lidah terjulur ke luar, sambil menggoyang-goyangkan ekor mereka.
Semua tetangga bertepuk tangan ketika Chu Ping berjongkok menepuk anjing-anjingnya. Mereka menjilati lengan dan wajahnya.
"Siapa berkata 4 ekor anjing sekali lahir tidak beruntung?" Chu Ping bertanya pada anjing-anjingnya.
"Tak terpikir olehku ketika aku menyelamatkan kalian, suatu hari kalian juga akan menyelamatkan nyawaku!"

Moral Cerita
Kita tak pernah tahu, kapan dan apakah bencana atau keberuntungan yang akan datang berikutnya?  Tapi menyelamatkan nyawa makhluk lain berarti telah menanam benih karma baik, yang suatu saat akan berbuah.

Menyelamatkan kehidupan, berarti menyelamatkan nyawa sendiri.

Popular Posts