Pages

Tuesday, December 25, 2012

Arti Sebuah Ketulusan



Alkisah, di suatu daerah terpencil hiduplah seorang ibu & anak gadisnya yang tunggal. Ibu ini sangat bersyukur karena mempunyai anak gadis yang sangat cantik, namun demikian mereka berdua tinggal dalam keadaan yang serba berkekurangan.
Sekalipun dalam keadaan seperti itu mereka menjalani hari demi hari dengan sukacita, sampai pada suatu waktu ibu ini jatuh sakit.
Menyadari sakitnya yang parah dan tidak mungkin disembuhkan, ia memanggil anak gadisnya yang semata wayang itu. Ia tahu bahwa waktunya akan tiba, ia tidak akan lama tinggal di dunia ini.
Sehari sebelumnya, ia berpikir dengan keras bagaimana ia harus meninggalkan anak satu-satunya, apalagi ia seorang gadis dan berparas cantik, timbul kekhawatiran dalam hatinya seseorang akan mencelakai atau memanfaatkan anaknya itu.
Karena itu kepada anak gadisnya, ibu ini berpesan, “Engkau tahu anakku, penyakit ibu yang sangat parah ini tak mungkin lagi untuk disembuhkan. Waktu ibu tidak akan lama anakku, sebenarnya ibu juga tidak rela meninggalkan engkau hidup sendirian, tetapi engkau tahu anakku, ternyata Tuhan mempunyai kehendak lain atas hidup kita, namun demikian anakku, ibu telah menuliskan 3 surat yang harus engkau baca setelah ibu tiada."
“Bacalah satu persatu surat itu, dari surat pertama, dan setelah engkau mengerjakan apa yang ditulis, barulah engkau membaca surat yang kedua, dan surat yang terakhir bacalah setelah engkau mengerjakan apa yang tertulis dalam kedua surat itu, atau engkau sudah bisa menguburkan jasad ibumu ini, jika engkau belum bisa mengerjakan apa yang tertulis dalam surat pertama dan kedua jangan engkau baca surat yang ketiga.”
Beberapa hari setelah memberi pesan itu, ibu ini meninggal. Demikian anak gadis ini menuruti perintah ibunya, dibacanya surat yang pertama. Dalam surat ini ibunya berpesan, "Anakku engkau tahu kita hidup dalam kemiskinan bahkan ketika ibu sudah tiada ibu tahu engkau tidak mempunyai cukup uang untuk menguburkan jasad ibumu ini, karena itu anakku, pergilah engkau ke tempat yang ramai, berkerumun banyak orang, dan bawalah jasad ibumu ini, baringkan ibu di atas sebuah tikar, dan buatlah 2 buat kain seperti umbul-umbul yang bertuliskan siapa yang berkenan menguburkan ibuku, jika ia perempuan aku akan bersedia mengangkat ia sebagai saudara atau bekerja untuknya dan jika ia laki-laki aku akan bersedia menjadi pendampingnya. Dan taruhlah 2 umbul-umbul ini di depan di sebelah kiri dan kanan jasad ibu, dan engkau duduklah didekat kaki ibumu ini."
Maka perintah ini segera dikerjakan oleh anaknya itu. Karena keingintahuan apa yang diperbuat gadis ini, banyak orang berduyun-duyun menghampiri gadis ini. Apa yang terjadi dengan dia?, siapakah yang meninggal ini? Dan banyak lagi pertanyaan lain berdatangan. 
Mendengar penjelasan gadis ini banyak orang jatuh iba atas kejadian yang menimpanya. Beberapa orang malah ingin menyumbangkan uangnya untuk gadis ini. Tetapi ia menolak, katanya, "Ibuku hanya berpesan siapa yang bisa menguburkan ibuku ini aku akan mengangkatnya sebagai saudara jika ia perempuan, dan jika lelaki aku akan menikah dengannya."
Beberapa orang menjadi keheranan dengan gadis ini, banyak komentar miring diberikan juga pada gadis ini, "Apakah ia tidak kasihan dengan keadaan ibunya yang seperti itu?", "Bukankah uang itu bisa digunakan untuk menguburkan ibunya?"
Disana ada juga banyak pemuda, bahkan lelaki yang sudah beristri ingin membantunya. Salah seorang itu berkata, "Hai, lihat gadis ini sangat cantik, sekalipun nampak berpakaian lusuh. Aku mau membiayai penguburan ibumu, tetapi setelah itu engkau harus menepati janjimu." Gadis ini mengangguk tanda setuju. 
"Jika demikiaan penguburan seperti apa yang kau kehendaki?" tanya pemuda itu. Maka gadis ini membaca surat kedua ibunya, setelah itu memberikannya pada pemuda itu. Dengan cepat ia mengambil surat itu dan membacanya, sejenak pemuda ini tertegun. Lalu ia mengembalikan surat itu kepada si gadis dan pergi begitu saja. Beberapa pemuda datang silih berganti, tetapi mereka semua pun pergi seperti pemuda yang pertama itu.
Hari itu ibu gadis itu belum dikuburkan karena belum ada yang menyanggupi syarat penguburan ibunya itu. 
Esok harinya hal yang terjadi kemarin pun terulang lagi. Sampai pada siang hari datanglah seorang lelaki yang terlihat sudah agak berumur. Banyak orang terlihat segan dengan laki-laki ini. Ia adalah salah seorang yang kaya raya di daerah itu. Ia juga dikenal sampai ke daerah seberang, ia mempunyai istri lebih dari satu. 
Demi melihat kecantikan gadis ini, ia pun menjumpai gadis ini, katanya, "Kamu tahu apa pun permintaanmu akan aku turuti asal kau mau menjadi istriku." Gadis ini berkata, "Aku tidak menginginkan apapun tetapi jikalau kamu bisa menguburkan ibuku ini, aku mau menjadi istrimu." Dengan tertawa keras ia mengambil surat ibu gadis itu, dan dibacanya. Ia sangat kaget, air mukanya pun berubah seketika.
Kepada gadis itu, laki-laki ini berkata, “Kamu dan ibumu adalah orang yang tidak tahu diri, kamu kira ibumu ini siapa sehingga aku harus menguburkannya dengan kuburan dari emas? Kamu tahu, raja-raja pun tidak sanggup melakukan ini. Pasti ibumu ini sudah gila." Dan ia pergi meninggalkan gadis itu dengan terus mengolok-olok gadis itu. Hari sudah menjadi petang, ibu gadis ini masih belum ada yang menguburkan.
Keesokkan harinya keadaan tidak sama seperti dua hari kemarin, banyak orang bergerombol menjauhi gadis ini, sambil bergunjing. Mereka menganggap gadis ini gila harta bahkan ada yang menganggapnya kurang waras.
Dari kejauhan nampak seorang pemuda berjalan menyusuri jalan di dekat gadis itu membaringkan jasad ibunya. Sepanjang jalan itu pemuda ini mendengar gunjingan orang tentang gadis ini. Sampai pada akhirnya pemuda ini menghentikan langkah kakinya di samping gadis itu.
"Apa yang sedang kau kerjakan disini adik? Jasad siapa ini? Apakah ini salah satu sanak saudaramu?", tanya pemuda itu.
"Oh bukan, ini jasad ibuku", jawab gadis itu.
"Jika demikian, mengapakah kamu tidak menguburkannya?" sekali lagi pemuda ini bertanya.
"Aku tidak mempunyai cukup uang untuk membiayai penguburan ibuku, ini pesan dari ibuku sebelum beliau meninggal," gadis itu menyodorkan surat ibunya kepada pemuda itu.
Setelah membaca surat itu, pemuda ini tertegun sejenak, lalu berkata, "Adik, aku pun tidak bisa menguburkan ibumu ini dengan cara demikian, tetapi aku mempunyai beberapa uang, aku kira ini lebih dari cukup untuk menguburkan ibumu, lihatlah keadaan ibumu ini adik, sudah tiga hari beliau meninggal, dan sudah mulai berbau, ambillah uang ini dan kuburkan ibumu ini, aku tidak menuntut apapun atas uang ini kepadamu."
Mendengar perkataan pemuda itu, hati gadis ini tersentuh oleh kebaikan pemuda ini, dan ia berpikir bahwa perkataan pemuda ini benar, ibunya sudah meninggal tiga hari dan mulai berbau, tidak baik dan tidak berbakti  jika jasad ibunya rusak sebelum dikuburkan. Setelah berterima kasih kepada pemuda itu, ia menerima uang itu dan bersama pemuda itu mempersiapkan penguburan ibunya.
Setelah pemakaman itu, hari sudah mulai petang, kepada gadis itu pemuda ini berkata, "Adik, dimanakah rumahmu?"
Jawab gadis itu, "Rumahku tidak jauh dari sini, kelihatannya engkau seperti seorang perantau, jika engkau bersedia menginaplah malam ini dirumahku."
Pemuda ini menjawab, "Adik, aku ini seorang perantau sudah terbiasa aku berpetualang, malam ini aku akan meneruskan perjalananku."
Mendengar perkataan pemuda itu, gadis ini mengambil surat yang ketiga dari ibunya di saku bajunya. Setelah ia membaca surat itu, ia menyodorkan surat itu kepada pemuda itu, sambil berkata, "Sebenarnya ibuku meninggalkan 3 pesan sebelum ia meninggal, pesan pertama sudah aku kerjakan dan pesan yang kedua juga sudah aku kerjakan karena pertolonganmu, sekalipun tidak sesuai dengan keinginan ibu di surat kedua, sekarang ini adalah surat ibuku yang ketiga, maukah engkau mengabulkannya?"
Setelah menerima surat itu, pemuda ini membacanya, surat ini berisi pesan terakhir ibu gadis itu, "Anakku, ini adalah surat ibu yang ketiga, ibu hanya ingin mengatakan kepadamu, jika ada seorang yang mau menguburkan jasad ibumu ini dengan cara apapun, engkau ikutlah bersama dia, dan jika dia seorang laki-laki dan bersedia mendampingimu, hiduplah bersamanya dengan berbahagia, salam kasih dari ibumu."
Singkat cerita gadis dan pemuda ini hidup sebagai pasangan yang berbahagia.
"Tahukah apa perbedaan antara orang-orang yang pertama kali hendak memberi uang (menyumbang) kepada gadis itu dan orang muda yang tulus hati itu?" Orang yang pertama kali hendak memberi, ia mau memberi karena rasa iba, sedang pemuda itu memberi dengan kasih yang tulus. Memberi dengan rasa iba, ketika pemberian itu ditolak karena alasan lain, masih bisa timbul sakit hati dan bergunjing, tetapi memberi dengan kasih yang tulus sekalipun mendapat penolakan, ia tidak sakit hati, tetapi tetap mengasihi dan memberi dorongan, nasehat dan semangat sebagai seorang saudara. Sedang orang berikutnya yang hendak membantu gadis ini, adalah orang yang mau membantu hanya karena pamrih. "Harga sebuah ketulusan tidak bisa dinilai dengan emas dan banyaknya harta."
Dipos oleh Dola Indahsari di Bodhi Leaf Group

No comments:

Post a Comment

please leave your comment...^^

Popular Posts