Pages

Saturday, April 21, 2012

82 Wajah Tersenyum


Y.A Maha Bhiksu Dutavira Sthavira (Suhu Benny) 
Aku adalah seorang ibu muda, usiaku 32 tahun. Pada tahun kedelapan pernikahanku, suami tertabrak dan meninggal dunia. Kini aku hanya berdua dengan anakku yang masih berusia empat tahun. Sejak suamiku meninggal dunia, hidupku sangat sibuk sekali, tetapi aku tetap meluangkan waktu untuk menjemput dan mengantar anakku ke sekolah.
Di sekolah anakku, hasil rapor ditentukan dengan gambar wajah, wajah tersenyum untuk nilai yang baik dan wajah menangis untuk nilai yang buruk. Pada suatu hari aku sangat kecewa melihat rapor anakku banyak gambar wajah menangis. Meskipun aku kesal, marah, aku tidak memarahi dan memukul anakku. Aku berkata kepadanya, “Anak pintar, mengapa rapormu banyak gambar wajah menagis? Kamu jangan seperti papamu yang selalu tidak serius dengan hidup, akibatnya meninggal dunia tertabrak mobil. Mami sangat letih, namun mami tetap berjuang untuk membesarkanmu, karena kamu adalah harapan mami.”
Tidak terasa, kini anakku telah duduk di kelas II Sekolah Dasar. Pada suatu hari anakku menyambutku dengan berlari dan memelukku. Ia berteriak, “Mami sudah pulang.” Sambil memeluknya aku bertanya,” Mana buku pelajaran rumah dan rapormu? Berapa banyak wajah menangis yang kau dapatkan?” Sambil memeluk wajahku dia menjawab, “Mami, mari kita menghitung berapa banyak wajah tersenyum yang kudapatkan.” Mendengar dan melihat wajah anakku saat menghitung, aku sungguh terharu. Kemudian ia bersorak dengan gembira, “Mami, aku mendapat 82 wajah tersenyum.” Saat itu hujan deras sekali, rumahku yang tua telah bocor. Anakku berlari ke belakang rumah sambil berteriak, “Mami, aku yang mengambil ember.” Aku terharu dan mengeluarkan air mata. Dengan terisak-isak aku menandatangani buku pekerjaan rumahnya. Dalam hati aku berjanji, “Aku harus bekerja keras, agar dapat memberikan kesempatan kuliah kepada anakku di kemudian hari.”
Teman se-Dharma yang berbahagia, menghadapi kondisi yang sulit atau yang tidak menyenangkan, jangan melampiaskan kemarahan dengan memukuli anak. Sampaikanlah keinginan dan harapan Anda kepadanya dengan penuh kasih sayang. Yakinlah kondisi yang jelek pasti dapat berubah. Semua itu tergantung bagaiman Anda menyikapi permasalahan hanya dengan cinta yang tulus, penuh pengorbanan, tekun, maka esok matahari’kan muncul kembali. Omitofo.
Sumber : Pencerahan Batin oleh Y.A Maha Bhiksu Dutavira Sthavira (Suhu Benny).

No comments:

Post a Comment

please leave your comment...^^

Popular Posts