Pages

Friday, February 3, 2012

Belum Jelas Jangan Berprasangka Buruk

Y.A Maha Bhiksu Dutavira Sthavira (Suhu Benny) 
Dalam masyarakat, hubungan manusia dengan manusia lazimnya saling memberi nilai. Hal ini menjadi tidak baik, bila sebelum jelas, telah berprasangka buruk. Prasangka buruk dapat menimbulkan rasa sakit dan menderita, dapat melukai jiwa dan menghalangi keberuntungan hidup. Untuk itu, Suhu menyampaikan kisah nyata seorang veteran perang bernama Suryo (red: bukan nama sebenarnya) yang mengalami cedera di kakinya, sehingga cacat, dan ia harus menggunakan kursi roda serta berobat jalan. Untuk bepergian ia biasa diantar oleh istrinya.
Pada suatu hari Suryo harus ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan rutin. Saat itu istrinya tidak dapat mengantarnya, maka ia memanggil taksi. Dari awal ia duduk, ia sering melihat pengemudi taksi itu mencuri pandang, seperti ada sesuatu yang aneh di dirinya. Karena berulang kali, timbul rasa khawatir dan jengkel di benaknya. Rasa antipati itu semakin berlebihan, karena jalan yang dilalui taksi itu berbeda dengan jalan yang biasa dilaluinya, jaraknya menjadi lebih jauh dan lama. Tiba di rumah sakit, argo taksi menunjukkan angka enam puluh ribu rupiah. Ia berpikir, seandainya pengemudi taksi menggunakan jalan yang diinginkannya, maka ia hanya membayar empat puluh ribu rupiah. Begitu emosinya, ia membayar dengan melempar uang ke kursi di samping pengemudi.
Dengan tenang tanpa ekspresi marah, pengemudi taksi mengambil uang itu, membantu Suryo turun dari taksi dan duduk di kursi roda, kemudian memasukkan uang itu ke saku baju Suryo seraya berkata, “Lain kali jangan lewat di jalan yang di sana, karena saat ini jalan tersebut rusak parah, Bapak akan merasa tidak nyaman dan sakit.” Dengan perasaan heran Suryo berkata, “Uangnya tidak diambil Pak?” Pengemudi taksi menjawab, “Melihat Bapak, saya teringat kepada mendiang ayah saya. Saat-saat terakhir hidupnya, beliau pun harus selalu duduk di kursi roda.” Suryo merasa sangat menyesal telah berprasangka buruk kepada orang yang demikian baik dan kisah ini diceritakan kepada Suhu.
Teman-teman se-Dharma, dalam perjalanan hidup ini banyak hal yang mudah menyebabkan timbul prasangka buruk terhadap orang yang telah atau baru dikenal, seperti melihat perbuatan atau sikap seseorang, saat berdiskursi dengan orang lain, dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari orang memiliki keinginan yang berlebihan atau pernah mengalami kegagalan dan timbul trauma di dalam diri, maka ia pun mudah merasa takut akan mengulangi kegagalan lagi, sehingga sering terjebak di dalam prasangka buruk. Untuk itu, ada beberapa hal yang ingin Suhu sampaikan :
  1. Bila timbul rasa curiga dan kuatir dalam diri Anda, atau Anda merasa diperlakukan tidak adil, dirugikan, dan lain-lain, carilah penjelasannya dengan bertanya baik-baik.
  2. Prasangka buruk dapat melukai batin dan merugikan diri sendiri, dapat menutup atau mengurangi keberuntungan hidup.
  3. Belajarlah untuk “berani mengalah” identik dengan tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Karena benar menurut pemikiran Anda belum tentu dapat diterima oleh orang lain. Bayangkan bila dimanapun Anda berada, Anda selalu ingin menang, apakah Anda tidak menjadi orang yang egois dan mempunyai banyak musuh?
  4. Kekalahan dan kemenangan hanyalah permainan buah karma. Karenanya, lakukanlah yang terbaik untuk mencapai tujuan, selalu menanam sebab (karma) yang baik, tanpa memikirkan hasilnya. Biarkanlah proses karma berjalan dengan sendirinya. Bila karma baik Anda sudah cukup dan berlimpah, Anda pasti akan mendapat penghargaan (bukan kemenangan).
  5. Buddha bersabda : setiap manusia mempunyai empat kekuatan yang tersembunyi dalam batinnya: kekuatan kemauan, semangat, pikiran dan kesadaran. Gunakanlah semua itu secara optimal dan baik:
a.  Kemauan digunakan ke arah yang baik, seperti kemauan untuk tidak berprasangka buruk / positive thinking akan membawa berkah.
b.  Semangat dan ketekunan digunakan untuk mewujudkan kemauan yang baik dalam bentuk perbuatan nyata, seperti berani bertanya mengenai hal-hal yang belum jelas (perpaduan antara kekuatan kemauan dan semangat akan menimbulkan kepercayaan diri untuk melakukan perbuatan yang nyata).
c.     Gunakan logika untuk menyiasati masalah agar urusan besar menjadi kecil, kecil menjadi tiada.
d.  Gunakan kesadaran untuk menyadari situasi dan kondisi yang nyata. Bedakanlah antara “prasangka buruk” dengan “teliti dan waspada” terhadap perbuatan orang lain, waspada adalah berhati-hati, prasangka buruk adalah memvonis.
Semoga sumbangsih pikiran ini dapat memberikan keberuntungan hidup untuk kita bersama. Namo Amitofo_/I\_
Sumber : Pencerahan Batin oleh Y.A Maha Bhiksu Dutavira Sthavira (Suhu Benny).

No comments:

Post a Comment

please leave your comment...^^

Popular Posts