Pages

Friday, February 10, 2012

Mendengarkan Dengan Tidak Bijaksana

Pada suatu sore, telepon berdering di wihara kami.
“Ajahn Brahm ada?” tanya si penelepon dengan tidak sabaran.
“Maaf,” jawab si perempuan Asia yang santun, yang kebetulan menerima telepon itu. “Beliau sedang beristirahat di kamarnya. Silakan telepon lagi setelah tiga puluh menit.”
“Hhhh! Dia akan mati dalam tiga puluh menit,” geram si penelepon lalu dia menutup teleponnya.
Dua puluh menit kemudian, ketika saya keluar dari kamar, si perempuan tua Asia ini duduk terpaku dengan wajah pucat pasi dan gemetaran. Yang lainnya berkerumun di sekitarnya, mencoba mencari tahu masalahnya, tetapi ia terlalu kaget untuk berbicara. Setelah saya membujuknya, dia bergumam, “Seseorang akan datang membunuh Anda!”
Saya tengah memberikan bimbingan kepada seorang pemuda Australia sejak dia dinyatakan positif mengidap HIV. Saya mengajarkan dia meditasi dan kiat-kiat bijaksana lainnya untuk menolongnya menghadapi penyakitnya. Sekarang dia sudah mendekati ajal. Kemarin saya baru saja mengunjunginya dan menunggu telepon dari pasangannya, kapan saja. Segera saja saya bisa mengira apa maksud telepon tersebut. Bukan saya yang akan mati dalam tiga puluh menit, melainkan si pemuda yang kena AIDS itu.
Saya bergegas ke rumahnya dan menemuinya sebelum dia meninggal. Untungnya, saya juga sempat menerangkan kesalahpahaman tersebut kepada si perempuan Asia sebelum dia ikut-ikutan meninggal, karena kaget!
Seberapa sering apa yang dimaksudkan dan apa yang kita dengar tidaklah sama?
Sumber : Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya oleh Ajahn Brahm.

No comments:

Post a Comment

please leave your comment...^^

Popular Posts