Pages

Saturday, June 30, 2012

Bai Ri Hong : Mekar Seratus Hari (Memberi Informasi yang Benar)


Di negeri China bagian Dong Bei (Provinsi Liaoning, Jilin, dan Heilongjiang), ada sebuah bunga yang bernama Bai Ri Hong. Dari musim panas dimulai sampai musim gugur berakhir bunga itu terus mekar. Di daerah Dong Bei awal musim panas sampai berakhirnya musim gugur, jumlahnya ada seratus hari. Karena jika bunga itu mekar akan tampak warna merahnya yang indah dan itu bisa dinikmati seratus hari. Oleh Karena itu bunga tersebut diberi nama Bai Ri Hong. Cerita dari mulut ke mulut yang berkembang mengatakan bahwa bunga Bai Ri Hong adalah jelmaan dari seorang gadis yang sangat cantik yang pernah ada di daerah itu.
Konon, di desa itu, ada seorang nelayan muda yang sangat berani. Di belakang rumahnya tinggallah sebuah keluarga yang memiliki seorang anak gadis yang sangat cantik. Karena itu, mereka berdua sering bermain bersama, bersenda gurau bersama, bepergian bersama sampai jika sehari saja tidak bertemu mereka saling merindukan. Akhirnya, mereka berdua pun saling mencintai. Setelah berpacaran sekian waktu, mereka menentukan hari pernikahan.
Pada saat mereka sibuk mempersiapkan pesta pernikahan di tepi laut, di desa nelayan tersebut datanglah ular piton laut berkepala tiga. Ular ini besar, buas, dan ganas. Kedatangan ular itu membuat para nelayan tidak berani ke laut untuk mencari ikan. Karena mencari ikan adalah pekerjaan utama mereka, maka keadaan mereka makin lama makin memprihatinkan karena tidak ada kesempatan untuk menjala dan menangkap ikan.
Ular berkepala tiga yang ganas itu merusak banyak perahu nelayan yang ada di pinggir pantai. Para nelayan sungguh sangat takut. Mereka pun berniat pindah jika keadaan tidak berubah. Para nelayan sering berembuk bagaimana caranya menangkap ikan lagi, tetapi ular buas itu membuat mereka tidak tahu cara yang terbaik. Kehidupan di desa itu makin mengenaskan seiring dengan berjalannya waktu.
Pada saat rembukan para nelayan, nelayan muda yang pemberani itu pun buka suara, “Tidak ada jalan lain untuk mengatasi masalah ini selain harus ada orang yang pergi untuk membunuh ular biadad itu. Demi mengembalikan kesejahteraan rakyat, saya bersedia pergi untuk bertarung dengan ular tersebut.” Karena ucapannya yang gagah berani, ada empat puluh orang pemberani lainnya yang tergugah hatinya dan menawarkan diri untuk pergi bersamanya.
Setelah merencanakan dengan matang, tibalah hari untuk pergi mencari ular tersebut. Para nelayan membekali mereka dengan makanan yang cukup dan berbagai senjata, seperti jala yang kuat, tombak yang panjang dan tajam, pedang panjang yang tajam, tongkat-tongkat pemukul. Maksud mereka, jika ular tersebut datang menyerang, keempat puluh pemuda pemberani tersebut bisa secara bersamaan menyerang ular itu supaya bisa menang dan kembali dengan selamat.
Pada waktu hendak pergi, nelayan muda pemberani itu meninggalkan sebuah bola kaca buat tunangannya. Ia berkata, “Jika kamu ingin tahu kabar dariku, lihatlah bola kaca ini baik-baik; ia bisa memberitahukan keadaanku. Jika dalam bola kaca ini kamu melihat warna putih, itu berarti aku aman-aman saja dan berhasil dalam menunaikan misi ini. Jika dalam bola kaca itu terlihat warna merah yang pelan-pelan berubah menjadi hitam, itu berarti aku sedang tidak beruntung atau dalam masalah!”
Setelah itu, perjalanan misi keempat puluh pemuda itu pun dimulai. Hari demi hari gadis cantik tunangannya itu melihat kaca dan selalu terlihat putih. Ia pun senang dan merasa tenang. Dan, setiap hari ia selalu pergi pada keluarga dari keempat puluh pemuda lainnya untuk memberitahukan kabar baik tersebut. Tetapi satu hari bola kaca itu memancarkan warna merah. Ia pun tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Setelah beberapa jam warna merah itu pun perlahan namun pasti berubah menjadi kehitam-hitaman. Hatinya pun mulai resah dan gelisah. Dalam beberapa hari kemudian, warna bola kaca itu tetap hitam. Maka pada hari-hari itu pun ia mulai menangis tersedu-sedu, takut jika tidak akan bertemu dengan pujaan hatinya lagi. Ia terus menangis sampai rebah di lantai dan tidak mampu berdiri lagi karena lemas. Tidak berapa lama gadis cantik itu pun mati karena sedih. Penduduk di sekitar desa yang tiap hari menerima kabar gembira darinya pun ikut bersedih. Setelah melewati hari-hari berkabung mereka pun menguburkan jasad gadis cantik itu.
Di atas kuburan gadis cantik itu tumbuh bermacam-macam bunga dan ada lima sampai enam warna. Tetapi ada beberapa yang besar dan berwarna sangat merah. Bunga besar berwarna merah itu pun terus mekar selama seratus hari. Dan tepat pada hari yang keseratus, pagi hari, para pemuda yang pergi berburu ular ganas itu pun pulang. Nelayan muda pemberani itu pun sebelum perahunya merapat, sudah berteriak ke arah desa nelayan, “Ular besar ganas yang telah mengganggu kesejahteraan kita sudah mati. Mulai hari ini silakan menjala ikan lagi dan desa kita pun akan bahagia seperti sedia kala!”
Setelah merapat ke darat, ia pun berlari dan tidak peduli dengan orang-orang yang mengucapkan selamat kepadanya ia terus mencari gadis cantik tunangannya itu. Tetapi setelah lelah mencari dan belum juga didapati gadisnya itu, ia pun bertanya kepada para tetangga. Dengan berat hati mereka memberitahukan soal kematian tunangannya tersebut.
Nelayan muda itu menangis tersedu-sedu karena ia tahu tunangannya mati karena sedih membayangkan keadaan dirinya yang buruk. Ia pergi dan menatap baik-baik perahu yang digunakannya dan menemukan di situ memang banyak darah. Tetapi darah itu bukanlah darah orang-orang yang mati, melainkan darah dari ular besar yang mereka lawan. Ia berpikir, “Mungkin gara-gara darah ini maka bola kaca itu memancarkan warna merah. Dan, karena itulah ia menganggap aku tidak beruntung. Karena ular itu besar dan mengeluarkan darah berhari-hari, maka ia mengira aku dan teman-teman satu per satu gugur dalam misi ini.”
Ia pun berduka cita karena kepergian kekasihnya itu. Yang paling membuat dirinya menyesal seumur hidup adalah ucapannya yang tidak terlalu lengkap yang membuat gadis kekasihnya sedih dan akhirnya meninggal dunia.
Ia pergi ke kubur orang yang dicintainya itu dan memeluk nisan yang ada di atasnya. Ia menangis tersedu-sedu dan tidak bisa mengontrol dirinya sampai rebah di atas bunga-bunga merah yang masih mekar pada hari terakhir mekarnya bunga. Tiba-tiba dari bunga besar yang berwarna merah itu terlihat wajah gadis pujaannya sedang tersenyum manis kepadanya. Gadis itu mengucapkan terima kasih atas perjuangannya mengalahkan ular besar pengganggu itu.
Penduduk desa banyak yang menyaksikan peristiwa mengharukan tersebut. Nelayan muda itu terus memeluk bunga itu sampai akhirnya malam tiba, saat bunga itu harus mengatup dan tidak bisa mekar kembali.
Para nelayan tidak tahu apa nama bunga itu dan mereka berkeyakinan bahwa itulah bunga jelmaan si gadis cantik tersebut. Dan, karena bunga itu mekar selama seratus hari, mereka pun menamakan bunga itu Bai Ri Hong (bai = seratus, ri = hari, hong = merah). Sampai sekarang di daerah Dong Bei setiap musim panas sampai musim gugur dapat dilihat cantiknya bunga berwarna merah tersebut.
Moral Cerita :
Informasi yang tidak lengkap kadang-kadang bisa menjerumuskan orang pada hal-hal yang kurang baik. Informasi yang tidak lengkap bisa membuat orang menderita. Karena itu, jika ingin menyampaikan suatu ajaran atau informasi sebaiknya dipersiapkan sedemikian rupa dan jika sudah lengkap dan baik baru disampaikan, supaya orang tidak dibuat salah-mengerti, apalagi sampai tersesat dan menderita.

No comments:

Post a Comment

please leave your comment...^^

Popular Posts