Pages

Sunday, January 22, 2012

Asal mula Chun Lian (Terhindar dari Kekuatan Jahat)

Setiap Tahun Baru Imlek, masyarakat China selain makan jiaozi (Chinese dumpling), membakar petasan, saling mengunjungi, dan mengucapkan selamat tahun baru, juga melakukan satu hal yang mencolok, yakni tie chun lian  atau menempelkan tulisan di sisi kiri dan kanan pintu rumah atau pintu gerbang.
Chun lian itu adalah sepasang tulisan di atas kertas merah. Maksud semula menempel chun lian adalah untuk mengusir hantu dalam rmah atau mencegah roh-roh jahat masuk ke dalam rumah atau suaru wilayah untuk menggangu anggota rumah atau warga.
Mengapa orang-orang di daratan China mempunyai keyakinan seperti itu?
Pada zaman dahulu, di sebelah timur laut negeri itu, ada sebuah hutan pohon persik di atas sebuah gunung. Pohon persik bermacam-macam ukurannya, ada yang kecil dan ada juga yang sangat besar. Di antara pohon persik yang ada di hutan itu, terdapat satu pohon yang sangat besar dan memiliki dua lubang pada batangnya. Di dalam dua lubang itu tinggallah kakak –beradik. Sang kakak bernama Shen Tu dan si adik bernama Yu Lei. Shen Tu dan Yu Lei bahu-membahu menjaga hutan pohon persik tersebut.
Di belakang hutan pohon persik ada sebuah lubang besar mirip sebuah sumur yang besar. Lubang itu dalam sekali dan dihuni berbagai siluman dan hantu. Umumnya mereka tidak berani keluar lubang dan masuk ke hutan pohon persik, karena ada dua penjaga yang sangat galak, yakni Shen Tu dan adiknya, Yu Lei.
Shen Tu dan Yu Lei sangat perkasa dan kuat, sampai-sampai binatang-binatang buas di gunung itu sangat takut terhadap mereka. Si harimau tua yang paling ditakuti oleh para siluman pun takut terhadap Shen Tu dan Yu Lei. Jika para siluman berani macam-macam mencuri buah persik, dengan cepat Shen Tu dan Yu Lei menangkap mereka dan membuangnya ke sarang harimau untuk jadi santapan lezat harimau-harimau gunung.
Para siluman dan hantu tidak pernah patah arang untuk mencari jalan agar bisa berbuat sesuka mereka. Suatu hari, ketua para hantu dan siluman, sebut saja Nenek Hantu, mengajak warganya untuk rapat. “Kita tidak boleh selamanya tinggal diam. Kita harus mencari jalan untuk bisa keluar dan melakukan apa yang kita suka,” katanya.
Para hantu dan siluman pun menyambut dengan gembira motivasi yang diberikan oleh Si Nenek Hantu. “Rupanya Nenek Hantu adalah motivator yang sangat ulung,” demikian pendapat mereka.
Lalu, seorang di antara mereka bertanya, “Jika Shen Tu dan Yu Lei mengejar kita, bagaimana?” Para siluman dan hantu, setelah mendenganr pertanyaan ini, dengan segera kembali putus harapan.
Akan tetapi, di tengah keputusasaan itu, seekor hantu cerdik berkata, “Begini, waktu Shen Tu dan Yu Lei tidur kita curi saja perlengkapan dan senjata mereka. Tanpa senjata itu mereka tak akan berdaya menangkap kita.”
“Usul yang sangat bagus. Jika terlaksana, pasti berhasil,” ujar seorang siluman.
“Tapi, siapa yang harus pergi mencuri perlengkapan dan senjata mereka?” tanya salah satu dari mereka. Tidak satu siluman dan hantu pun yang berani mengajukan diri. Mereka sangat paham akan kemampuan Shen Tu dan Yu Lei.
Tiba-tiba seekor hantu kecil pun mempromosikan diri, “Baik, baik, jangan khawatir, aku hantu paling kecil, mereka susah melihat aku. Biar aku yang pergi dan mencuri senjata mereka.”
Sementara itu, hari sudah larut malam, dan setelah memeriksa semuanya, Shen Tu dan Yu Lei pun tertidur. Si hantu kecil mulai beraksi dan masuk ke ruangan tidur Shen Tu dan Yu Lei. Hantu kecil itu agak takut juga, karena senjata itu ada di samping kepala Shen Tu dan Yu Lei. Namun, mengingat bahwa jika senjata tidak diambil mereka akan seterusnya merana, dengan tekad yang kuat ia mendekat dan mengambil senjata itu. Shen Tu dan Yu Lei tidak terbangun. Dengan bersemangat si hantu kecil pulang ke istana mereka. Teman-teman dan rekan sejawat pun menyambut dengan kegirangan.
“Ha-ha-ha... mereka tak akan berdaya menangkap kita lagi. Ayo, saatnya kita berpesta. Kita keluar sarang dan segera mengacaukan para penduduk desa.” Mereka dengan bangga menyambut gembira kebebasan mereka. Bahkan, para siluman pun berani bertindak untuk menganggu Shen Tu dan Yu Lei.
Shen Tu dan Yu Lei bersiap menangkap para siluman pengacau, tetapi tiba-tiba mereka sadar bahwa senjata mereka sudah hilang. Mereka mencoba mencari, tetapi tidak mendapatinya. Dari kejauhan terlihat si hantu kecil sedang bermain-main dengan senjata mereka.
Shen Tu tertawa sinis sambil berkata kepada adiknya, “Para siluman itu menyangka dengan membawa senjata itu maka kita tidak berdaya. Mereka salah, mari kita beri mereka pelajaran!”
Dengan segera Shen Tu dan Yu Lei pergi mengambil sebuah dahan dari pohon persik yang paling tua dan besar. Setelah itu mereka segera berlari ke arah para siluman. Para siluman pun mulai ketakutan. Namun, Nenek Hantu berkata, “Jangan takut! Senjata andalan mereka tidak ada di tangan mereka. Mereka bisa berbuat apa terhadap kita? Ayo kita teruskan pesta.” Mendengar ucapan Nenek Hantu, mereka pun merasa tenang.
Waktu Shen Tu dan Yu Lei datang, mereka semua malah tertawa sambil mengolok-olok, “Ha-ha-ha kalian datang ke sini mau ngapain? Apa mau cari senjata kalian? Sayang, senjata kalian sekarang sudah jadi milik kami.”
Namun, tanpa diduga, dengan cepat Shen Tu dan Yu Lei menghajar dan menangkap mereka. Dalam waktu singkat mereka semua diikat dan dilemparkan kembali ke lubang dalam sarang mereka.
Rupanya Shen Tu dan Yu Lei tetaplah jagoan meski senjata andalan tidak ada di tangan mereka. Para siluman dan hantu sangat ketakutan dan tidak berani lagi macam-macam  jika mendengar nama Shen Tu dan Yu Lei atau mengetahui keberadaan mereka di suatu tempat.
Sejak saat itu penduduk desa selalu menggunakan dua lembar kertas yang terbuat dari bahan pohon persik. Pada kertas itu ditulis nama Shen Tu, dan Yu Lei pada kertas lain. Kedua kertas itu lalu ditempelkan di sebelah kiri dan kanan pintu rumah atau gerbang. Kalau tahu ada dua nama yang menakutkan itu, para siluman dan hantu tidak akan berani datang mengganggu. Itulah kisah mengapa orang membuat chun lian.
Pada zaman Dinasti Ming (1369-1644 Masehi) di kota Nanjing, ditetapkan bahwa di setiap rumah penduduk harus ada chun lian dari kertas merah di setiap pintu rumah dan gerbang. Tentu chun lian tidak lagi semata bertuliskan nama Shen Tu dan Yu Lei, namun boleh bermacam-macam tulisan hikmat atau berkat. Kertas merah itu sudah menjadi lambang Shen Tu dan Yu Lei, serta tulisan di atasnya bisa jadi adalah kata-kata mutiara atau harapan yang oleh seisi rumah diharapkan bisa terjadi pada tahun baru.
Moral Cerita :
Pasti ada kekuatan yang bisa menolong kita untuk tidak diganggu atau dicelakai oleh roh-roh jahat. Pasti ada cara yang bisa menolong untuk mengatasi semua gangguan atau masalah dalam kehidupan kita.
Gong Xi Fa Cai
Wan Shi Ru Yi
Shen Ti Jian Kang

No comments:

Post a Comment

please leave your comment...^^

Popular Posts