Pages

Friday, December 23, 2011

Kisah 19 Ekor Kuda

Alkisah, tersebutlah seorang kaya yang ketika meninggal, kekayaannya antara lain terdiri dari 19 ekor kuda. Dalam surat wasiatnya tertulis, separuh dari jumlah kuda tersebut akan jadi milik putra tunggalnya, seperempatnya untuk kuil desa, dan seperlimanya untuk pelayannya yang setia.
Para sesepuh desa bingung, bagaimana caranya memberikan separuh dari 19 ekor kuda tersebut kepada putra tunggal si orang kaya. Kuda tak bisa dibagi dua. Lebih dari dua minggu mereka memikirkan dilema ini. Karena belum juga menemukan jalan keluar, mereka lalu mengundang seorang bijak yang tinggal di desa tetangga.
Orang bijak tersebut datang dengan menunggang kuda dan bertanya, apa yang bisa dilakukannya untuk membantu mereka. Para sesepuh desa pun menjelaskan wasiat orang kaya yang mengatakan separuh dari 19 ekor kuda diberikan kepada anak tunggalnya, seperempat untuk kuil, dan seperlima untuk pelayan yang setia.
Orang bijak itu berjanji akan menyelesaikan masalah itu secepatnya. Lalu menyuruh mengeluarkan kuda-kuda tersebut dan dibariskan di lapangan. Ia lalu menambahkan kudanya sendiri sehingga jumlah kuda jadi 20 ekor. Sesudah itu, ia membagi separuh dari 20 ekor kuda itu, yaitu 10 ekor, diberikan kepada putra tunggal si orang kaya. Seperempat dari 20 ekor kuda atau 5 ekor kuda, diberikan ke kuil desa. Seperlima dari 20 ekor kuda atau 4 ekor kuda diberikan kepada pelayan yang setia. Sepuluh ditambah lima, ditambah empat jadi 19 ekor kuda.
Semua penduduk desa tercengang, nyaris tidak percaya, dan penuh dengan rasa kagum. Kata-kata perpisahan dari orang bijak tersebut terus terpatri di dalam hati mereka dan diwariskan secara turun temurun kepada anak cucu mereka sampai hari ini.
Kata bijak tersebut adalah :
“Dalam hidup sehari-hari, dalam peristiwa sehari-hari, selalu tambahkan nama Tuhan dan lalu hadapi apa yang terjadi. Pernah mengalami masalah hidup yang tampak tak bisa diselesaikan? Seperti penduduk desa tersebut apakah kita pernah merasa masalah-masalah kita tak bisa diselesaikan?
Tambahkan Prinsip Tuhan dalam hidup sehari-hari dan masalah-masalah akan jadi lebih ringan, dan akhirnya lenyap. Seperti es yang ketika terkena prinsip panas, berubah menjadi air dan akhirnya menguap dan lenyap.
Bagaimana caranya kita menambahkan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari? Lewat doa, diisi dengna cinta sejati dan devosi disertai tujuan yang tulus dan dedikasi yang hanya bisa didatangkan kepercayaan total.
Tanpa cinta sejati dan devosi, akan seperti kapal tanpa air. Mendorong kapal yang mengapung di air itu mudah, tapi luar biasa sulit menarik kapal yang sama di tanah kering. Begitu juga jika bahtera hidup kita mengapung di atas air cinta sejati dan devosi, kita bisa berlayar dengan mudah. Prinsip cinta dan devosi kepada Tuhan dengan kepercayaan total membuat perjalanan hidup ini jadi mudah. Pikiran murni dan hati penuh dengan kesederhanaan dan kesucian, membuat orang-orang taat bisa menjadi alat Tuhan untuk membantu sesama.”

No comments:

Post a Comment

please leave your comment...^^

Popular Posts