Pages

Wednesday, December 14, 2011

Semua Punya Asal Usul

Semua Punya Asal Usul
Hampir setiap hari kita selalu memakai karet penghapus, kertas, pena, dan pensil. Tapi tahu nggak sih sejarahnya? Let's check them out!

Karet Penghapus

Bagi yang akrab dengan pensil pasti kenal dengan yang namanya karet penghapus. Tapi tahu nggak sih sejarahnya?
Awalnya, orang menggunakan lilin untuk menghilangkan tulisan dari pensil. Caranya dengan mengoleskan lilin di atas tulisan. Sayangnya, bekas olesan lilin itu tidak bisa digunakan untuk menulis lagi. Selain menggunakan lilin, orang juga menggunakan serbuk roti untuk menghapus. Untungnya, pada 1770 seorang insinyur asal Inggris bernama Edward Naime menciptakan penghapus untuk ikut lomba inovasi. Awalnya sih, iseng. Eh, ternyata karet penghapus ciptaannya jadi populer sekali. Penghapusnya terbuat dari karet bercampur vinyl, plastik, serta senyawa yang sama dengan pembuatan permen karet! Akan tetapi penghapus tidak bisa disimpan lama - lama karena karetnya bisa rusak. Sehingga pada tahun 1893, Charles Goodyear mengenalkan metode vulcanization, yang bisa mempertahankan bentuk dan kualitas karet penghapus. Kalau dulu bentuk penghapus itu standar, kotak, dan besar. Tapi sekarang, bentuknya bermacam - macam, ada yang bentuknya permen, buah, biskuit, dan masih banyak lagi. Tertarik untuk mengoleksinya?

Kertas

Kertas adalah media buat kita menulis apa saja, mulai dari pelajaran sampai diary. Bahan utama pembuatan kertas adalah paper (dalam bahasa Inggris), yang diambil dari kata papyrus, sejenis tanaman di Mesir kuno, yang selalu dipakai buat menulis. Setelah pohon papyrus nggak tumbuh lagi, orang - orang mulai menulis di media lain.
Di Cina misalnya, mereka sempat menggunakan kulit binatang, rami, dan kain sutera. Namun, karena kain sutera mahal dan permukaan rami kasar, mereka menggunakan bilah - bilah bambu yang dirangkai dengan benang untuk menulis. Akan tetapi, bilah - bilah bambu tersebut sangat berat dan tidak praktis. Tsai Lun, seorang pegawai negara pada pengadilan kekaisaran menemukan cara pembuatan kertas dari kulit kayu murbei pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya membuat peradaban Cina tercatat dalam sejarah sebagai penyumbang kertas bagi dunia. Pembuatan kertas menyebar ke Jepang dan Korea seiring dengan menyebarnya orang Cina ke timur. Meskipun peradaban di kawasan itu mulai berkembang, pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.
Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas itu jatuh ke tangan orang Arab pada masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran Sungai Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan - tawanan perang mengajarkan cara pembuatan kertas pada orang - orang Arab. Sehingga pada zaman Abbasiyah, muncullah pusat - pusat industri kertas baik di Baghdad maupun Samarkand dan kota - kota industri lainnya. Kemudian menyebar ke Italia dan India lalu Eropa khususnya setelah Perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan Spanyol serta ke seluruh dunia.
Sebenarnya, bahan utama kertas itu adalah serat tanaman dan air. Pada abad ke-19 sampai sekarang berkembang teknologi pembuatan kertas dari serat kayu atau bahasa kerennya pulp.

Pensil


Bagi yang suka gambar, alat tulis ini pasti akan setia menemani. Ya, pensil namanya. Alat tulis dan lukis ini awalnya terbuat dari grafit murni. Nggak jelas kapan pensil ini tercipta. Yang pasti, penggunaan grafit dan timbal sudah dimulai sejak zaman Yunani kuno. Keduanya memberikan efek goresan abu - abu, walaupun grafit sedikit lebih hitam dan mudah dibersihkan.
Grafit sangat jarang dipakai hingga kemudian pada tahun 1564 ditemukannya kandungan grafit murni dalam jumlah besar di Borrowdale, sebuah lembah di Lake District, Inggris bagian utara. Sekilas grafit tampak seperti batubara, namun mineral ini tidak dapat terbakar. Pada masa ini grafit juga disalahartikan dengan timah, timah hitam, dan plumbago, artinya "seperti timah" mengingat sifatnya sama. Karena itu muncul istilah lead pencil (pensil timah) dan masih digunakan hingga sekarang.
Grafit murni memiliki tekstur yang berminyak sehingga dibungkus dengan kulit domba atau potongan timah kecil yang diikat tali. Tidak seorang pun tahu siapa yang mula - mula mempunyai ide untuk memasukkan grafit ke dalam wadah kayu. Grafit murni juga mudah patah, dan mengotori tangan saat dipengang. Oleh sebab itu, pensil dibuat dengan campuran grafit dan tanah liat yang diberi air, dianginkan, dan dibakar selama tiga hari. Lalu dicetak memanjang dan tipis, terus dilapisi kayu halus.
Untuk untuk menentukan tebalnya warna abu - abu dari pensil, ditemukan sistem dengan menggunakan huruf. "B" untuk black (boldness) dan "H" untuk hard yang menginformasikan kekerasan komposisi tanah liatnya. Sedangkan "F" berarti komposisinya sangat tepat untuk diraut hingga keruncingan maksimal. Contoh nih, pensil 3B lebih tebal dan lembut dibanding 2B, 2H akan lebih keras daripada H. Kalau HB berarti pensil memiliki sifat keras dan tebal.
Di Indonesia kita hanya mengenal pensil warna hitam, tapi ternyata ada juga pensil yang warnanya merah, kuning, dan hijau. Ini berfungsi untuk memperlihatkan area produksinya. Kalau di Amerika Utara warnanya kuning. Nah, di Jerman dan Brasil diberi warna hijau. Lain lagi kalau di India dan beberapa wilayah Asia, mereka memberi warna hitam dan merah. Swiss warna merah, sedangkan Inggris warna kuning dan hitam. Kebanyakan standardisasi warna ini diciptakan oleh produsen Faber-Castell. Namun banyak pula produsen yang tidak mengikuti standar ini. Pensil diproduksi di seluruh dunia hingga milliaran batang dan menjadi alat tulis yang populer. Pensil biasa dapat membuat garis sepanjang 60 km dan menulis 45.000 kata. Untuk pensil warna, bahan grafit diganti dengan bahan pewarna dan pigmen dalam puluhan warna.

Pena

Bayangin, bagaimana Harry Potter dan teman-temannya menulis dengan pena bulu yang dicelupin tinta. Repot, ya. Nah, oleh karena itu, manusia mulai menciptakan berbagai macam alat untuk menulis. Awalnya, alat tulis yang menggunakan tinta adalah pena dan tinta yang digunakan secara terpisah. Di Eropa, mereka menggunakan pena bulu yang dibuat dari bulu angsa (kayak di Harry Potter nih!), di Timur Tengah mereka menggunakan batang alang-alang air atau bahkan kuas yang digunakan di Cina dan Jepang. Sayangnya, penggunakan pena dan tinta secara terpisah memiliki banyak kelemahan. Salah satunya, kita akan kerepotan memakainya (apalagi yang belum mahir) karena tintanya akan belepotan atau bagi yang ceroboh, tintanya akan tumpah diatas kertas.
Akhirnya diciptakan sebuah alat tulis yang bernama pulpen atau Fountain Pen. Gagasan ini berawal dari seorang khalifah Mesir, Ma'ad al-Mu'izz pada tahun 953 yang menginginkan pena yang tidak mengotori tangan dan bajunya dengan tinta. Lalu dia memimpin proyek pembuatan pena yang dilengkapi penyimpanan tinta dan tintanya mengalir ke mata pena dengan bantuan kapilaritas dan gravitasi. Kemudian pada 25 Mei 1827, penemu berkebangsaan Rumania, Petrache Poenaru menerima paten di Perancis untuk ciptaannya berupa pulpen pertama dengan kartrij (tabung silinder yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan tinta di dalam pena) yang bisa diganti. Desain pulpen tersebut memungkinkan orang menulis dengan lancar tanpa takut tinta akan tumpah atau kertas robek. Dari tahun ke tahun berbagai inovasi dan paten yang berkaitan dengan pulpen diajukan dan produksi pulpen terus meningkat.
Namun, pada tahun 1938, jurnalis Hungaria, László Biró bersama dengan saudara lelakinya George, seorang kimiawan, mereka mengembangkan sebuah pena dengan ujungnya yang berupa sebuah bola yang dapat berputar bebas pada sebuah lubang. Ketika ditorehkan di kertas, bola akan berputar dan mengambil tinta dari sebuah kartrij. Lalu tinta akan membasahi bola kecil itu dengan bantuan gravitasi dan menggelinding agar melekatkan tinta pada kertas. Tinta akan kering seketika setelah bersentuhan dengan kertas. Karena bola kecil itulah, maka pena baru ini dinamakan ball point pen atau lebih dikenal dengan sebutan bolpoin atau bolpén. Penemuan ini kemudian dipatenkan di Argentina pada 10 Juni 1943 dan dijual dengan merek Birome, yang masih bertahan hingga saat ini. Karena pengeluaran tinta masih mengunakan bantuan gravitasi, maka megangnya juga harus tegak lurus. Kalo nggak ya, tintanya nggak bakal keluar dan nggak bisa nulis.
Walaupun sudah ditemukan bolpoin, pulpen masih populer antara 1940-an dan 1950-an. Tetapi, pada tahun 1960-an, teknologi bolpoin semakin maju dan mulai menggantikan pulpen untuk penggunaan sehari-hari. Kini produsen pulpen yang masih bertahan, terutama Montblanc dan Pelikan yang lebih mempromosikan pulpen sebagai benda koleksi dan simbol status daripada alat tulis sehari-hari.
Perkembangan alat tulis tinta ini tidak berhenti hanya di bolpoin, tapi terus dilakukan inovasi. Saat ini pena terbuat dari plastik, stainless steel, kuningan dengan ujung lancip serta memiliki selongsong tempat penyimpanan tinta (kartrij). Cara kerjanya menggunakan sistem kapilaritas. Jadi megangnya nggak harus tegak lurus.
Bahan tintanya juga beragam dari zaman ke zaman. Rata-rata menggunakan campuran berbagai zat kimia, kayak selulosa dan berbagai asam, dengan zat-zat berwarna atau pigmen dari tumbuhan dan hewan serta resin.

Sumber : Majalah Aneka Yess! No. 14 7-20 Juli 2008, www.id.wikipedia.org

No comments:

Post a Comment

please leave your comment...^^

Popular Posts