Pages

Wednesday, December 14, 2011

Mari Kita Bersyukur...

Mari Kita Bersyukur...
Untuk istri yang memberiku makanan yang sama dengan malam kemarin. Karena istriku di rumah malam ini dan tidak bersama orang lain.
Bersyukur untuk suami yang duduk bermalas-malasan di sofa sambil baca koran. Karena suami bersamaku di rumah dan tidak keluyuran, apalagi ke bar malam ini.
Bersyukur untuk anak yang selalu protes di rumah.
Karena artinya dia sedang di rumah dan tidak sedang keluyuran di jalanan.
Bersyukur untuk pajak yang harus saya bayar.
Karena artinya saya bekerja dan punya penghasilan.
Bersyukur untuk rumah yang berantakan.
Karena artinya saya masih punya kesempatan melayani orang-orang yang saya kasihi.
Bersyukur untuk baju yang mulai kesempitan.
Karena artinya saya memiliki lebih dari cukup, untuk makan.
Bersyukur pada bayangan yang mengikutiku.
Karena artinya saya tidak disilaukan oleh matahari.
Bersyukur untuk kebun yang harus dirapikan dan pekarangan yang harus dibetulkan di rumah. Karena artinya saya punya rumah.
Bersyukur akan berita orang yang lagi berdemo (unjuk rasa). Karena artinya kita masih punya kebebasan untuk berbicara.
Bersyukur untuk dapat tempat parkir yang paling jauh.
Karena artinya saya masih bisa berjalan kaki dan diberkati dengan kendaraan yang bisa saya bawa.
Bersyukur untuk cucian yang banyak.
Karena artinya saya punya baju yang bisa dipakai.
Bersyukur karena kepenatan dan kelelahan kerja setiap hari. Karena artinya saya mampu bekerja keras setiap hari.
Bersyukur mendengar alarm yang mengganggu di pagi hari. Karena artinya saya masih hidup.

Dengan demikian, sudah sepantasnya kita bersyukur dan puas akan apa yang kita lakukan, dapatkan, dan kita alami. Jangan hanya melihat efek negatif atau kesan yang tidak menyenangkan dari sesuatu hal saja, tetapi marilah kita bersama-sama berusaha mencari dan melihat sisi positifnya juga (positive thinking). Segala sesuatu hal di dunia ini pasti memiliki dua sisi (sepasang); positif-negatif, baik-buruk, bagus-jelek, bahagia-sedih, menyebalkan-menyenangkan, dan “pasangan-pasangan” lainnya. “Pasangan” kondisi-kondisi tersebut sudah merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dari sesuatu hal.
Manusia dapat merasakan kebahagiaan tertinggi hanya jika ia dapat puas dan bersyukur akan apa yang dimilikinya saat ini juga, sebagai contoh kekayaan materi. Kekayaan itu tidak memiliki definisi / jumlah / nilai yang dapat dikatakan “paling banyak”, karena bahkan kita tidak dapat menyebutkan berapakah angka terbesar di dunia. Oleh karena itu, hanyalah sia-sia jika kita selalu mencari sesuatu yang terbaik, tertinggi, terbanyak, dan terhebat, karena semuanya adalah hal yang tidak eksis ataupun tidak memiliki batasan yang mutlak (tidak ada yang abadi di dunia ini). Semoga ilustrasi ini dapat menjadi renungan yang baik bagi kita semua, dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menciptakan keluarga dan lingkungan yang harmonis.

No comments:

Post a Comment

please leave your comment...^^

Popular Posts